Kamis, 25 Mei 2017

Tahap Memperoleh Pemahaman Diri Menurut Teori Trait and Factor

        Pada tahap ini dideskripsikan minimal lima jenis tes yang sering digunakan oleh konselor dalam konseling karir trait and factor, yaitu bakat, prestasi, minat, nilai-nilai, dan kepribadian. Berikut penjelasan dari kelima jenis tes tersebut;

1. Bakat
       Tes bakat digunakan untuk memprediksi level kemungkinan yang akan terjadi dan kemampuan individu untuk melaksanakan tugas. Bakat individu dapat diketahui melalui tes. Instrumen tes yang biasa digunakan dalam pengukuran bakat antara lain: Baterai Primery Mental Abilities (PMA) dari Thurstone, Differential Aptitude Test (DAT) terbitan Psychological Corporation, California Test of Mental Maturity, dan lain sebagainya. Di Indonesia untuk mengukur bakat individu digunakan tes yang bernama Intelligence Structure Test (IST) yang terdiri dari sembilan aspek bakat.
2. Prestasi
        Sharf (1992:22) mengemukakan bahwa "achievements refer to a board range of event that individuals participate in and accomplish during their lifetime". Prestasi dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tahap pertama prestasi akademik, biasanya diukur dengan angka, akan tetapi dengan skor khusus tertentu. Kedua prestasi dalam kerja seperti kesempurnaan tugas-tugas. Ketiga yang sangat cocok dengan teori trait and factor yaitu prestasi yang terkait dengan syarat-syarat untuk memasuki dunia kerja. Prestasi dapat diukur secara kuantitatif melalui tes-tes yang digunakan untuk memasuki salah satu profesi.
3. Minat 
        Dapat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa, 1997:370). Minat adalah suatu yang bersifat pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka. Dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu yang telah menarik minatnya. Hurlock (1986: 144) mengatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.
        Selama berpuluh-puluh tahun, minat merupakan ciri yang sanagt penting dalam seleksi karir individu. Herr and Crammer (1984: 94) mengemukakan bahwa minat merupakan entry point yang dapat memprediksi karir individu daripada bakat dengan beberapa kemampuan. Alasannya adalah bahwa memasuki pekerjaan dapat diprediksi lebih baik dari minat daripada sikap individu dengan banyak kemampuan yang bisa memilih rangkaian yang luas. Tidak sama dengan tes sikap mempunyai skala kerja yang khusus.
        Instrumen yang bisa digunakan untuk mengukur minat individu terhadap karir tertentu antara lain: (a) Kuder Preference Record- Form C (KPRC) scientific,persuasive, atristic, literary, musical, social service and clerial; (b) strong interest inventory (SII) Basic Interest Scale dengan aspek yang diukur di antaranya adventure, art, athletics,bussiness management, domestic, merhanding, militaryactivities, music/dramatic, danlain sebagainya.
4. Nilai-nilai
        Melambangkan sesuatu yang penting. Nilai-nilai sebagai suatu yang sulit untuk memperkirakan kemungkinannya. nilai-nilai yang sangat penting dalam konseling karir yaitu nilai-nilai umum dan nilai dunia kerja. Adapun maksed dari pengetahuan mengenai nilai-nilai ini adalah agar individu mampu memutuskan arah karir yang jelas.
5. Kepribadian
       Pengukuran dari kepribadian telah menjadi era penting dari belajar dan berguna untuk mengkonseptualisasikan individu dalam pilihan vokasional. Minimal terdapat tiga jenis intrumen untuk mengukur insividu. Dengan instrumen tersebut konselor dapat mencocokan profil kepribadian konseling dalam karir yang cocok.

Teori-Teori Karir

Teori Trait and Factor

        Teori ini dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa ahli perkembangan karir seperti Frank Parson, E.G. Williamson, D.G. Petterson, J.G. Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok :Minnesota" (Munandir, 1996). Istilah trait itu sendiri merujuk pada karakteristik individu yang dapat diukur melalui tes. "factor" merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk penampilan kerja yang sukses. Jadi, istirah trait and factor merujuk pada penilaian karakteristik individu dan pekerjaan (Sharf, 1992: 17). Dalam assesmen trait ini, Parson (Sharf, 1992: 17) mengajukan bahwa untuk memilih karir, seorang individu idealnya harus memiliki;
a. Pengertian yang jelas mengenai diri sendiri, sikap, minat, ambisi, batasan sumber dan akibatnya,
b. Pengetahuan akan syarat-syarat dari kondisi sukses, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan dan harapan masa depan pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda, dan
c. Pemikiran yang nyata mengenai hubungan-hubungan antara dua kelompok atau fakta-fakta ini.
        Hampir senada dengan pendapat tersebut, Crites (1981: 22) berpendapat bahwa perkembangan karir individu berdasarkan teori ini didasarkan pada asumsi berikut;
1. Dengan ciri psikologisnya yang khas, bagi setiap individu yang saling cocok adalah bekerja di suatu jenis pekerjaan tertentu,
2. Sekelompok pekerja dalam pekerjaan-pekerjaan yang berlainan mempunyai ciri psikologis yang berlainan pula, dan
3. Penyesuaian vokasional berbeda-beda, selaras dengan yang bersangkutan dengan tuntutan dunia kerja tertentu.
        Marinhu (1985:64) menjelaskan bahwa teori trait and factor termasuk kedalam teori struktural. Teori ini memandang individu sebagai organisasi kapasitas dan sifat-sifat lain yang dapat diukur dan dihubungkan dengan persyaratan program latihan atas dasar informasi yang diperoleh tentang perbedaan-perbedaan individu yang menduduki okupasi atau hubungan pilihan karir dan kepuasan. Teori trait and factor lebih deskriptif pengaruhnya terhadap pilihan karier daripada menjelaskan perkembangan karir.
        Menurut pandangan Parson dan Williamson (Winkel, 1996: 575) ciri khas dari teori ini adalah bahwa seseorang dapat menemukan vokasional yang cocok baginya dengan mengkorelasikan kemampuan, potensi, dan wujud minatyang dimilikinya dengan kualitas-kualitas yang secara objektif dituntut bila akan memegang vokasional tertentu. Pandangan ini bagaiman individu membuat pilihan karir yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan dan minat individu ini dapat diketahui melalui testing.
        Pada dasarnya teori ini menyatakan bahwa pemilihan karir individu sangat ditentukan oleh kesesuaian kemampuan, minat, prestasi, nilai-nilai dan kepribadian dengan dunia kerja. Pandangan yang luas dari teori ini menunjukkan bagaimana kesemua itu dapat digunakan untuk mengkonseptualisasikan perkembangan karir. Parson (Sharf, 1992: 18) mengkarakterisasikan tahap pertama dari pilihan karir adalah manfaat dari "pemahaman diri, sikap, minat kemampuan, minat ambisi, sumber daya dan penyebabnya." Pada tahap ini, bakat, prestasi, minat, nilai dan kepribadian untuk merefleksikan lima tipe dari perkiraan yang muncul sebagai suatu yang penting dalam konseling karir. tahap kedua adalah mendapatkan pengetahuan dari syarat dan kondisi kesuksesan, keuntungan dan ketidakuntungan, kompensasi, kesempatan dan prospek dalam jalur karir yang berbeda. Pada tahap ini didiskusikan bagaimana konselor dapat membantu konseling dalam mendapatkan pengetahuan ini. tahap ketiga  menurut Parson adalah bahwa sebuah pilihan yang diharapkan dibuat dengan alasan yang benar dari hubungan dua kelompok ini. Disini pertimbangan integrasi informasi tentang diri dan dunia kerja, memberikan fokus yang tidak dibatasi untuk penggunaan kemampuan-kemampuan kognitif tetapi juga refleksi kemampuan diri.

Jumat, 05 Mei 2017

Teori-Teori Karir

Teori Super

        Teori renan hidup (life span) dari Donald E. Super menitikberatkan pada proses perkembangan karir, yang berfokus pada pertumbuhan dan arah dari sejumlah persoalan karir individu sepanjang rentang hidup adalah teori yang mencakup periode waktu yang cukup panjang. Proses kematangan karir diawali dengan perkembangan untuk pengambilan keputusan karir pada masa kanak-kanak. Pada masa ini sejalan dengan perkembangan rasa keingintahuan dan penggalian untuk memperoleh informasi dari pengamatan dan peranan model-model. Hal ini akan mengarah pada perkembangan-perkembangan minat dan konsep dirinya, yang dihasilkan dari kemampuan untuk merencanakan karirnya.
        Perkembangan minat, kecakapan daya tahan dan nilai-nilai akan berlansung pada masa remaja. Sehubungan dengan perkembangan yang mengarah pada kematangan karir, maka individu pada masa remaja ini perlu dibekali dengan pengetahuan tentang pengambilan keputusan dan informasi jabatan. Pendekatan teori tentang rentan hidup banyak didasari oleh analisis Donald E. Super. Beberapa alasan mengapa teori ini dijadikan dasar bagi teori rentang hidup adalah sebagai berikut:
a. Teori perkembangan super adalah salah satu teori yang menggambarkan sebagaian kecin rentangan hidup,
b. Ada beberapa teori rentan hidup yang kemudian dikembangkan oleh Super menjadi suatu bentuk yang valid dalam teorinya disertai instrumen yang dapat digunakan dalam konseling,
c. Banyak penelitian yang dihubungkan dalam konseling dari teori perkembangan Super,
d. Beberapa karakter dan faktor dari perkembangan karir banyak memiliki kemiripan.
        Super (Sarf 1992: 121-122) mengasumsikan perkembangan karir merupakan peranan individu dalam dunia yang mereka tempati. Ia juga menjelaskan bahwa peranan individu mencakup pengaruh dan hasil belajar, layanan kelompok, peluang kerja, dan keluarga bagi perkembangan karir sepanjang hidup. Tahapan dan tugas menjadi point penting dalam teori Super. Ia menggambarkan teorinya dalam beberapa bagian yang mencakup hasil analisis Thorndike, Hull, Bandura, Freud, Jung, Adler, Murray, Maslow, Allport, Rogers, dan sebagainya. Dari teori-teori mereka Super membangun asumsi dasar untuk mengembangkan teorinya, Asumsi dasar itu meliputi aspek psikologis, kondisi genetik, aspek geografis, bangsa dan budaya memberikan pengaruh langsung bagi perkembangan karir. Secara garis besar aspek itu meliputi karakteristik perkembangan psikologis dan struktur sosial ekonomi dari lingkungan. Karakteristik psikologi mencakup kebutuhan-kebutuhan perkembangan, nilai-nilai, miat, intelegensi, bakat, dan kreatifitas yang mengarah pada perkembangan kepribadian individu yang kompleks. Faktor sosial ekonomi menyangkut masyarakat, sekolah, keluarga, teman sebaya, kondisi ekonomi pasaran tenaga kerja. Pengaruh struktur kerja dan kondisi tenaga kerja yang merupakan faktor kondisi luar dimana individu harus berinteraksi. Faktor piskologis dan sosial ekonomi memberikan pengaruh pada perkembangan dirinya. Individu belajar mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya sesuai tahapan perkembangannya, yang akan membentuk sebuah konsep pada dirinya.
       Perkembangan aspek psikologis dan sosio-ekonomis inilah terbentuk konsep diri individu sebagai hasil dari upaya mempelajari diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, teori Super mengemukakakan teorinya tentang pemilihan karir sebagai implementasi dari konsep diri. Menurut teori Super (Surya, 1988:234) berkaitan dengan pemilihan karir adalah sebagai berikut;
a. Individu itu mempunyai kualifikasi atau kewenangan untuk banyak bidang pekerjaan,
b. Setiap bidang pekerjaan menuntut pola karakteristik kecakapan dan ciri-ciri pribadi,
c. Meskipun konsep diri individu dan situasi sosial berubah, proses pemilihan tetap berlangsung sejalan dengna pertumbuhan, mulai dari tahap eksplorasi, pemilihan dan penurunan,
d. Pola-pola karir (tingkatan, urutan, dan durasi pekerjaan) berkaitan dengan tingkat sosio-ekonomi orang tua, kecakapan, kepribadian, dan kesempatan,
e. Perkembangan Vokasional (karir) sebagai implementasi konsep dan merupakan hasil interaksi antara pembawaan, faktor fisik, kesempatan peran-peran tertantu, dan dukungan dari teman sebaya dan orang yang memiliki kelebihan,
f. Kepuasan tergantung pada kesempatan memperoleh kepuasan kebutuhuhan pribadi, dan situasi kerja yang memberikan kesempatan bermain peranan.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut lahirlah konsep Super yang berkaitan dengan peran-peran hidup dan tahap-tahap perkembangan.

(Dikutip dari "Konseling Karir Sepanjang Rentang Hidup", oleh Dr. Uman Suherman AS.)

Rabu, 03 Mei 2017

Assesment dalam Prespektif Karir

    Perkembangan standarisasi tes dan inventory asesmen memiliki ikatan yang erat dengan gerakan konseling vokasional. Sebelum tahun 1883, the US Civil Service Commision menggunakan ujian kompetitif untuk penempatan kerja (Kavruck,1996). Berbagai tes berkembang selama pertengahan tahun 1940- an dan digunakan secara meluas dalam konseling pendidikan dan vaksional. Tes bakat terhadap pelajaran berguna sebagai kriteria memasuki institusi pendidikan yang diimplementasikan melalui educational testing service (ETS) yang ditetapkan pada tahun 1947 dan american college testing program (ACT) yang ditetapkan pada tahun 1959.
    Terdapat kontroversi dari penggunaan tes bakat dalam konseling karir. Tentang hasildua study terhadap nilai tes ini yang berperan sebagai prediktor keberhasilan pada masa akan datang, yaitu bagaimana tes dapat memprediksi peforma suatu vokasional atau program pelatihan. Thorndike dan Hogan (1959) mengikuti pola karir dari 1000 laki-laki yang dites selama PD II untuk menentuhkan jika hasil tes ini merupakan prediktor valid bagi keberhasilan orang-orang tersebut. Hasil study selama 12 tahun pertama tidak menghasilkan prediksi akurat tentang keberhasilan dalam vokasional pekerjaan. Penelitian lain Ghiseli (1966) berpendapat bahwa prediksi keberhasilan dalam program vokasional pelatihan yang berdasarkan atas hasil tes itu hanyalah karena sedang dapat dipercaya. Kutipan studi ini dan persoalan lain dalam menggunakan tes ini untuk populasi khusus (kelompok etnik dan wanita) tentang penggunaan instrumen asesmenini dalam program konseling karir sebenarnya membingungkan.
     Secara historis, asesmen merupakan bagian integral dari konseling karir. Asesmen konseling karir memiliki sejarah panjang sepanjang sejarah konseling karir itu sendiri, banyak karya asli dari Fank Parsons. Parsons (Whistom, 2000) mendorong perkembangan asesmen konseling karir kedalam tiga tahap model konseling karir. Tahap pertama, study atau mengukur individu yang merupakan testing individual yang bersifat esensial. Beberapa individu yang memandang konseling karir hanya sebagai terdiri atas testing dan menyediakan informasi okupasional. Pendekatan "tes dan berkata" ini tidak merefleksikan status terbaru dari wilayah konseling karir, untuk penelitian menunjukkan bahwa konseling karir tidak dapat dipisahkan dari konseling personal (individual). Asesmen, merupakan instrumen penting yang rutin digunakan untuk membantu individu mengeksplorasi pengarahan karir dan membuat keputusan karir secara efektif. Spokane (Whiston, 2000) mengusulkan bahwa asesmen karir adalah untuk menggali dan menemukan kesesuaian kemungkinan karir, menilai konflik dan masalah, memotivasi perilaku ke arah yang lebih konstruktif, menemukan struktur kognitif untuk mengevaluasi alternatif karir, mengklarifikasi ekspetasi dan rencana intervensi dan menetapkan kemampuan. Sebagaimana deskripsi yang direfleksikan oleh Spokane, asesmen karir mempunyai tujuan yang beragam dan meliputi beragam wilayah yang luas.
     Bab ini akan membagi asesmen karir dalam dua kategori utama : instrumen-instrumen yang digunakan untuk menilai menilai perbedaan individu dan instrumen-instrumen yang digunakan untuk menilaiproses perkembangan karir. Banyak asesmen karir yang dapat digunakan yang dirancang untuk mengukur aspek perbedaan individu, seperti minat, bakat, nilai-nilai, dan kebutuhan. Pengukuran perbedaan individu digunakan dalam konseling karir karena memiliki hubungan yang efektif dalam pemilihan atau keputusan karir. Kategori lain dari instrumen berhubungan dengan proses pemilihan karir. Fokus kategori instrumen ini tidak pada atribut-atribut konseling tetapi lebih pada proses individu menyeleksi karir. Dalam istilah proses pemilihan karir, banyak instrumen berhubungan dengan ketidakmampuan membuat keputusan (indecision) atau tahapan kematangan karir konseling (career maturity).
    Komputer memiliki pengaruh yang signifikan pada asesmen karir dan diseminasi informasi karir. Sebgaimana komputer juga dapat digunakan oleh konseling untuk melengkapi asesmen karir yang didasarkan pada informasi okupasi tersebut. Beberapa program komputerisasi yang interaktif dalam asesmen minat, nilai-nilai, dan ketrampilan atau kemampuan konseling.

"Dikutip dari Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan, karya Dr. Uman Suherman AS."

Minggu, 30 April 2017

Teori Kepribadian Murray dan Allport

A.      Teori Kepribadian Henry Murray
Henry Murray lahir pada 31 Mei 1893 di New York City, USA. Murray mengikuti pendidikan di Groton school dan Harvard college. Tahun 1915 ia memperoleh gelar B.A. di bidang studi mayor sejarah di Groton school dan Harvard college. Tahun 1915 ia memperoleh gelr B.A. di bidang studi mayor sejarah di Groton school dan Harvard college. Tahun 1915 ia memperoleh gelar B.A. di bidang studi mayor sejarah. Tahun 1920 Murray memperoleh gelar M.A. di bidang biologi dari Colombia. Dalam waktu singkat ia menjadi instruktur fisiologi di Harvard university. Kemudian ia mengambil spesialisasi bedah selama dua tahun (1920-1922) pada Presbyterian hospital di new York.
1.      Pandangan Teoritis Murray
a.       Definisi Kepribadian
Bahwa kepribadian individu adalah abstraksi yang dirumuskan oleh ahli teorinya, dan bukan merupakan gambaran mengenai tingkah laku individu belaka.Konsepsi kepribadian, dengan komponen-komponennya yang diajukan oleh Murray dapat disarikan menjadi lima konsep, yakni :
1)      Kepribadian adalah rangkaian peristiwa yang secara ideal mencakup seluruh rentang hidup sang pribadi . “sejarah kepribadian adalah kepribadian itu sendiri”.
2)      Definisi kepribadian mencerminkan baik unsur-unsur tingkah laku yang bersifat menetap dan berulang maupun unsur-unsur yang baru dan unik.
3)      Kepribadian adalah fungsi yang menata (mengatur) atau mengarahkan dalam diri individu. Tugas-tugasnya meliputi pengintegrasian konflik-konflik dan rintangan–rintangan yang dihadapi individu, memuaskan kebutuhan-kebutuhan individu, dan menyusun rencana-rencanauntuk mencapai tujuan-tujuan di masa mendatang.
4)      Kepribadian itu di otak.” Tanpa otak tidak ada kepribadian”.[1]

b.      Struktur Kepribadian
Mengenai struktur kepribadian Murray mengajukan unsur-unsur sebagai berikut:
1)      Proceeding dan Serial
Proceeding yaitu interaksi yang waktunya terbatas antara individu dengan orang atau antara individu dengan objek. Proceeding adalah sepenggal waktu yang cukup untuk menyelesaikan pola-pola penting dari tingkah laku secara dinamis. Proceeding mempunyai awal dan penyelesaian, yang menunjukkan bahwa proceding itu terikat oleh dimensi waktu.
Sedangkan Serial yaitu serangkaian prosiding sehingga menjadi unit tingkah laku yang lebih panjang.
2)      Program Serial dan Jadwal
Program Serial yakni penyusunan teratur atas sub-sub tujuan yang merentang ke arah masa depan sampai jangka waktu yang lama.[2] Jadi, individu mencita-citakan tujuan untuk menjadi dokter tetapi diantara situasi sekarang dan tujuan ini terbentang tahun-tahun belajar dan pendidikan khusus. Apabila ia mengembagkan serangkaian sub tujuan, yang masing-masing mempunyai peranan makin mendekatkan orang yang bersangkutan pada titel dokter, mka ini bisa disebut program serial.
Jadwal adalah pengaturan  program-program serial dalam mencapai tujuannya tertentu. Jadwal-jadwal itu amat penting ,untuk menghindari terjadinya konflik dan tabrakan-tabrakan antara berbagai program serial. Jika penyusanan jadwal-jadwal itu efisien, maka kuantitas dan intensitas konflik dapat dikurangi.[3]
3)      Abilitas dan prestasi
Abilitas dan prestasi seseorang adalah bagian kepribadian yang penting, seperti ketrampilan mekanik, leadership,prestasi intelektual, dan tingkah laku sesksual. Abilitas menunjukkan potensi apa yang mampu dikerjakan seseorang ,mencakup variabel bakat herediter dan apa saja yang pernah dipelajari.  Prestasi atau achievement menunjukkan apa yang nyata-nyata dilakukanya dengan pengetahuan yang dimilikinya.[4]
Bagi Murray, setiap tingkah laku baru adalah bentuk prestasi karena tingkah laku itu pasti dibentuk berdasarkan koordinasi dan abilitas yang telah dimiliki. Jadi ini menjelaskan hakekat kreativitas dan proses menyusun rencana dari seseorang. Bersama-sama dengan konsep motivasi dan kebutuhan yang kompleks dari murray, pemahaman manusia menjadi sangat spesifik individual.
c.       Dinamika Kepribadian
1)      Kebutuhan
Need adalah konstruktur mengenai kekuatan di bagian otak yang mengorganisir berbagai proses seperti persepsi, berfikir, dan berbuat untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan.[5]
2)      Tekanan
Tekanan adalah suatu sifat atau atribut dari suatu objek lingkungan atau orang yang memudahkan atau menghalangi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan tertentu. Tekanan ada hubungannya dengan orang-orang yang mempunyai implikasi-implikasi langsung terhadap usaha-usaha individu untuk memuaskan kebutuhan.
Tekanan adalah bentuk penentu tingkah laku yang berasal dari lingkungan. Tekanan dari suatu obyek (bisa berupa manusia, benda, atau situasi) adalah apa yang dilakukan obyek itu kepada subyek (penerima tekanan), suatu kekuatan yang dimiliki oleh objek untuk mrmprngruhi subyek dengan cara tertentu
3)      Reduksi Tegangan
Konsep reduksi tegangan untuk menggambarkan bahwa tingkah laku timbul karena ada kebutuhan, dan kebutuhan itu menyebabkan terjadinya tegangan. Tetapi setelah kebutuhan itu sudah terpenuhi, maka tegangan tadi akan hilang atau berkurang, jadi tereduksi. Ketika kebutuhan hilang maka tegangan juga ikut menghilang.


4)      Tema
Tema meliputi situasi yang menggerakkan tekanan dan kebutuhan yang kemudian muncul. Jadi, tema menyangkut interaksi antara kebutuhan-kebutuhan dan tekanan dan memungkinkan meihat tingkah laku secara lebih global, tidak segmental.
5)      Interaksi Kebutuhan
Integrasi kebutuhan-kebutuhan adalah disposisi tematis yang mentap kebutuhan untuk mengadakan bentuk interaksi tertentu dengan tipe orang tertentu. Dengan integrasi kebutuhan orang lalu dapat mencari objek lingkungan yang cocok dengan gambaran yang merupakan bagian dari integrasi kebutuhan.
6)      Tema Kesatuan
Tema kesatuan merupakan kesatuan antara kebutuhan-kebutuhan dan tekanan yang berhubungan, yang diperoleh dari pengalaman kanak-kanak dan yang memberikan arti serta kesatuan pada bagian terbesar tingkah laku individu.
Murray mengemukakan bahwa tema kesatuan adalah campuran antara kebutuhan kebutuhan dominan yang saling berhubungan –bekerjasama atau bertentangan-yang berhubungan dengan tekanan yang dihadapi individu, yang memuaskan atau bersifat traumatis pada masa kanak-kanak.
7)      Regnansi
Proses-proses yang saling bergantung satu sama lain yang merupakan konfigurasi-konfigurasi yang dominan dalam otak sebagai proses-proses regnansi. Semua proses sadar berupa reganan, tetapi tidak semua proses regnan disadari. 
8)      Nilai dan Vektor
Nilai adalah sesuatu yang ada pada apa yang dkejar dalam kebutuhan , maka nilai harus dimasukan pada bagian analisis motif. Vektor untuk menggambarkan tendensi-tendensi tingkah laku , jadi vektor itu arah fisik atau psikologi suatu kegiatan secara luas. Nilai-nilai yang diemban vektor dijelaskan dalam rangkaian konsep nilai.


B.       Teori Kepribadian Menurut G.W. Allport
Menurut G,W. Allport struktur kepribadian individu dinyatakan dalam sifat-sifat (traits) yang dimiliki oleh setiap individu dan adanya traits tersebut akan mendorong setiap individu untuk bertingkah laku. Jadi, menurut pandangan Allport, struktur dan dinamika umumnya adalah satu dan sama sifatnya. Lebih lanjut dalam menjelaskan tingkah laku pada individu , Allport menggunakan beberapa istilah yang dianggapnya berperan penting dalam hal ini, seperti refleks bersyarat (conditioned reflex), kebiiasaan (habit), sikap (attitude), sifat (trait), diri (self), dan kepribadian (personality).
1.Pengertian Kepribadian, Watak, dan Temperamen
a.       Definisi Kepribadian Menurut Allport
Semula Allport memberikan definisi kepribadian dengan sangat singkat. Ia menyatakan bahwa kepribadian didefinisikan untuk mengakomodasi tentang fakta manusia menurut pemikirannya. Lalu ia mengembangkan definisi tersebut dengan kepribadian merupakan suatu organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psychophysis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan dirinya terhadap sekitarnya.
Digunakan istilah organisasi (dnamic organitation)  dalam definisi Allport tersebut tercetus oleh realitas bahwa kepribadian selalu berkembang dan berubah dari waktu ke waktu meskipun padanya terdapat komponen dari kepribadian itu sendiri. Kepribadian bukanlah suatu menrtal yang sifatnya ekslusif semata-mata, melainkan semua komponen yang menyusun kepribadian adalah satu kesatuan yang melingkupi tubuh dan jiwa pada seseorang. Untuk menyatakan hal ini Allport memakai istilah pshycophysica.
Allport mengemukakan dalam definisinya tentang keprkibadian tersebut terjadi pula adanya tendensi-tendensi atau kecenderungan timbulnya determinasi yang berperan penting karena cukup aktif dalam pembentukan tingkah laku pada individu manusia.
Allport menegaskan bahwa kepribadian manusia memiliki eksistensi nyata, baik menyangkut segi neural maupun psikologis. Dalam hal ini Allport juga menggaris bawahi pernyataanya bahwa didunia ini tidak pernah dijumpai terdapat dua orang atau lebih yang benar-benar sama dalam upaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Akibatnya tidak satupun ditemui di muka bumi ada dua orang atau lebih yang memiliki kepribadian yang sama.
Kepribadian adalah sesuatu yang memiliki peranan pada individu untuk bisa beradaptasi pada lingkungan. Dengan demikian, definisi kepribadian yang dikemukakan oleh Allport bersifat universal dalam arti mencakup fisik dan mental yang ada pada individu.
b.      Pengertian watak (character)
Menurut Allport yang dinamakan watak (character) adalah kepribadian dinilai, sementa kepribadian tersebut adalah watak tak dinilai. Ia menunjukkan bahwa kata watak umumnya menunjukkan arti normative . dengan demikian, kata watak akan lebih tepat digunakan untuk menyatakan hal-hal perbuatan yang sifatnya etis.
c.       Peranan Tempramen pada Individu
Temperamen adalah istilah yang menunjukkan pada faktor-faktor biologis atau fisiologis yang melekat pada seseorang. Sejauh yang diamati oleh Allport selama peneylidikan sifat dari temperamen terlalu sedikit mengalami modifikasi dalam perkembangan. Ia menambahkan pembentukan temperamen pada sesesorang adalah khas karena didalamnya turut berperan adanya factor keturunan pada individu.
Temperamen merupakan bagian khusus dari kepribadian. Menurut Allport, temperamen didefinisikan sebagai suatu gejala karakteristik dari sifat emosi individu,termasuk didalamnya mudah atau tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan dan kecepatan bereaksi, dan kualitas kekuatan suasana hati. Gejala-gejala tersebut pada individu tampak tergantung pada factor konstitusional yang utamanya berasal dari factor keturunan (hereditas).
2.Sifat yang Dimiliki Individu
Allport memberikan pengertian dan menegaskan adanya perbedaan-perbedaan yang mendasar antara sifat(traits), sikap (attitude), dan type berkaitan dengan kepribadian yang melekat pada individu.lebih lanjut Allport menjelaskan tiga hal tersebut seperti diuraKan berikut ini.
a.       Pengertian sifat pada individu
Sifat yang melekat Pada setiap indiviud tidak terlepas dari pengamatan Allport dalam penyelidikan psikologi. Bahkan, dari hasil pengamatan atau penyelidikannya akhirnya Allport berhasil menyusun suatu definisi tentang sifat yang melekat pada individu-individu. Bagaimana definisi Allport mengenai sifat yang seperti apa cirri-cirinya ?
Sifat adalah sistem neurophysis (neurophysic sistem) yang digeneralisasikan.
Dan diarahkan dengankemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara seksama. Sifat berperan penting dalam memulai dan membimbing tingkah laku adaptif serta ekspresi secara sama. Siifat sebenarnya merupakan tendensi determinasi  atau predisposisi. Hal penting yang perlu diketahui berkaitan denga sifat bahwa kecenderungan tidak hanya terikat kepada sejumlah kecil perangsang atau reaksi, tetapi oleh adanya keseluruhan pribadi individu yang bersangkutan. Sementara yang dimaksudkan dengan sistem neurophysis (neurophysic systems) oelh Allport utnuk mempertegas bahwa “traits” benar-benar ada pada diri setiap individu. Hal itu ditekankan oleh Allport karena dalam kalangan msyarakat berada pro dan kontra tentang pendapat yang menyatakan bahwa traits memang benar-benar ada oada diri individu dalam menentukan kepribadiannya.
Dua kubu yang saling bertetangan, kubu pertama dipelopori oleh ahli yang memiliki pemahaman bahwa traits hanya ada dalam pengamatan yang dilakukan oleh orag lain. Kubu pertama ini dinamakan pendiri biososial. Sementara kubu kedua yang dipelopori oleh ahli yang berpendapat bahwa traits tidak tergantung kepada pengamat, tetapi benar-benar memiliki eksistensi dalam pribadi yang nyata.kubu dua ini sering dinamakan pendiri boiphysic.
Merespon adanya pendapat adanya dua kubu yang saling berbeda satu sama lain tersebut, Allport dituntut memihak salah satu kubu. Dalam hal ini ia lebih cenderung memihak pendapat yang dikemukakan kubu kedua. Hal itu dibuktikan oleh tindakan Allport dalam setiap kuliah yang disampaikan kepribadian cara mahasiswanya. Ia mengutarakan bahwa traits merupakan seuatu kenyataan berakhirnya dalam organisasi psikologis. Allport menuliskan bahwa yang dinamakan sifat pada individu atau seseorang tidak hanya sekedar sebuah eksistensi nominal saja, tetapi juha sesuatu yang benar-benar ada atau melekat pada individu. Setiap sifat kepribadian yang mencerminkan keselarasan tingkah laku individu yang bersangkutan.
b.      Perbedaan sifat dengan kebiasaan sikap
Menurut Allport pengertian sifat dan sikap keduanya adalah khas melekat pada individu dan fungsi keduanya sama-sama sebagai penyebab dimulainya tingkah laku pada individu. Sifat dan sikap sama-sama berperan penting dalam membimbing dan mendorong tingkah laku pada individu. Sifat dan sikap sesungguhnya merupakan hasil dari factor genetis dan belajar yang dilakukan individu yang bersangkutan. Selain mempunyai persamaan-persamaan, antara sifat dan sikap memiliki perbedaan mendasar yaitu sikap (attitude)  berhubungan dengan suatu objek atau sekelompok objek. Ketentuan seperti ini tidak berlaku untuk sifat yang melekat pada individu. Semakin besar jumlah objek yang dikenai oleh sikap, sikap tersebut akan semakin mirip dengan sifat pada individu yang bersangkutan. Suatu sikap yang dimiliki individu yang satu dengan individu lainnya dapat berbeda-beda. Hal itu disebabkan sikap adalah khas pada individu, sementara sifat umum keberadaannya. Sikap ber[eran memberikan penilaian yaitu menerima atau mnolak  terhadap objek yang dihadapi, sedangkan sifat tidak demikian.
c.       Sifat-sifat Umum dan Sifat-sifat Individual
Menurut Allport ditengah-tengah kehidupan masyarakat luas mungkin saja ditemui dua orang atau lebih memiliki kemiripan dalam struktur sifat yang sesungguhnya berbeda satu sama lain, tetapi selalu saja ditemui corak yang khas mengenai cara bekerjanya sifat-sifat pada setiap individu. Hal itulah yang menyebabkan terdapatnya perbedaan sifat sama yang terdapat pada individu lain. Dengan demikian, sifat bersifat khas terdapat pada individu tertentu. Allport menambahkan penjelasannya bahwa adanya pengaruh-pengaruh sama dari masyarakat yang terdapatnya kesamaan biologis yang berpengaruh pada perkembangan individu.
Allport berpendapat sifat-sifat umum sama sekali bukan sifat individual yang sesungguhnya. Karena sifat-sifat umum hanyalah aspek-aspek yang dapat diukur dari sifat  individu yang kompleks. Menurut Allport cara pandang seperti diuraikan di atas itu tidaklah dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya untuk pemberian definisi sifat kekhususan individu-individu. Ia menambahkan ketentuan itu hanya berlaku untuk melihat segi kegunaan sifat-sifat yang melekat pada individu. Sementara itu, Allport memberikan definisi atau pengertian tentang sifat pada individu sebagai sifat individu. Allport mengemukakan alasan, yaitu sifat-sifat selalu didapatkan atu senantiasa ada pada individu dan sifat-sifatt tersebut berkembang yang muncul menjadi disposisi-disposisi dinamis dalam cara-cara yang khas sesuai dengan pengalmn masing-masing individu yang bersangkutan.
d.      Perbedaan Taraf Keumuman dari sifat
Menurut Allport, taraf keumuman sifat pada Individu-individu dibedakan menjadi tiga hal untuk lebih memudahkan dalam pemahaman. Ketiga hal tersebut, yaitu sifat pokok, sifat sentral, dan sifat sekunder. Masing-masing memiliki cirri-ciri dan peranan sendiri pada pembentukan tingkah laku individu.
Sifat pokok (the insinent trait) merupakan sifat yang paling menonjol pengaruhnya pada aktivitas individu, baik aktivitas secara langsung maupun tidak langsung. Hanya saja difat pokok tidak selalu terdapat dominan pada seseorang. Dinyatakan bahwa sifat pokok relative kurang biasa pada setiap individu atau kurang menampak pada tiap individu. Sifat pokok pada individu tidak disembunyikan, tetapi sebaliknya sifat ini dapat muncul begitu terlihat pada indivu tertentu.. seseorang dapat dikenal karena sifat pokoknya.
Sifat sentral merupakan sifat yang melekat pada individu-individu yang khas (karakteristik). Sifat sentral umumnya pada individu terlihat pada adanya kecenderungan-kecenderungan individu untuk memfungsikannya. Sifat sentral mudah dikenali pada individu-individu.
Sifat sekunder merupakan sifat yang mempunyai perannan yang berbeda, tidak seperti kedua  sifat yang telah disebut sebelumnya. Sifat sekunder memiliki peranan atau fungsi yang terbatas, kurangt menentukan dalam pembentukan kepribadian individu. Sifat sekunder lebih terpusat pada respons-respons dan perangsang –perangsang yang cocok. Jika demikian, sifat sekunder akan tampak peranannya ada individu yang bersangkutan.
e.       Sifat ekspresif pada Individu
Sifat ekspresif merupakan disposisi yang memengaruhi bentuk tingkah laku pada seseorang (individu). Allport berpendapat perlunya suatu rangsangan tertentu untuk dapat mengaktifkan suatu trait (sifat) agar traits dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pernagsang yang dimaksud dapat berasal dari luar diri individu maupun dapat berasal dari dalam. Pada umumnya, sifat yang melekat pada individu bukan merupakan reflector dari perangsang-perangsang yang  berasal dari luar diri individu. Individu dapat mencari perangasang yang tepat agar dapat mengaktifkan sifat sehingga berfungsi sebagaimana yang dikehendaki.
f.       Kebebasan dan Konsistensi daripada sifat-sifat
Allport menjelaskan bahwa sifat yang melekat pada individu sebenarnya dapat ditandai kualitas memusatnya daripada sifat yang bersangkutan. Setiap sifat memiliki pusat tertentu, fungsi sifat tersebut menjadi lebih nyata atau memiliki pengaruh yang kuat pada kedudukan yang berada di sekitar pusat tersebut. Allport menambahkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh sifat tersebut terjadinya secara stimultan (serempak) dengan pengaruh sifat-sifat yang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari suatu sifat dapat dikenali pada individu oleh adanya keteraturan atau ketetapan pada cara-cara individu bertingkah laku. Adapula individu memperlihatkan tingkah laku yang tidak tetap dan hal itu disebabkan terjadinya beberapa sifat yang saling menutupi secara aktif bersifat serentak. Dnegan demikian, ketetapan (konsistensi) tingkah laku Individu tidak terlihat tegas.
Allport menjelaskan ketidaktepatan sifat-sifat yang dimiliki oleh individu-individu disebabkan terdapat unsure-unsur yang tidak tepat juga. Ketidak tetapan tingkah laku dapat mencerminkan keadaan batin individu tersebut yang diorganisasikan secara khas dalam dirinya.
3.      Keinginan Individu Untuk Masa Depan (Intensi)
Allport telah melakukan penyelidikan psikologi pada individu-individu berkaitan dengan intensi. Ia mendefinisikan pengertian intense sebagai keinginan individu mengenai masa depannya. Secara lebih luas penggunaan istilah intense mengandung pengertian harapan-harapan, keinginan-keinginan, ambisi, cita-cita, rencana seseorang untuk menyongsong kehidupan masa depan. Menurut Allport, apa yang akan dicoba untuk dilakukan seseorang merupakan kunci dan itu merupakan hal terpenting bagi apa yang dikerjakan masa sekarang. Pendapat Allport yang kemudian dikenal sebagai teori Allport seperti itu dinilai berbeda dengan pendapat ahli psikologi lain, yaitu Adler dan Jung. Kedua ahli psikologi yang disebutkan terakhir yang telah melakukan penyelidikan tentang pentingnya masa lampau berkaitan dengan intense individu-individu.
4.      Proprium dalam Pembentukan Kepribadian Individu
Allport mengemukakan pendapatnya dalam penggunaan istilah self untuk menyatakan ego sebaiknya diganti dengan istilah proprium (propriate function).Tujuannya untuk menghindarkan dari kekaburan dan arti khusus mengenai istilah tersebut.
Propium keberadaannya dalam diri individu tidak dibawa semenjak dilahirkan kepribadian dunia, tetapi berkembang seiring dengan perkembangan individu dalam kehidupan. Proprium ini dinilai sangat penting peranannya dalam pembentukan kepribadian individu. Dengan demikian, proprium merupakan suatu yang vital bagi penentuan kepribadian setiap individu. Itulah sebabnya Allport menganggap penting hal ini dan tidak terlepas dari penyelidikan-penyelidikan psikologi seputar kepribadian manusia yang penah dilakukannya.
5.      Prinsip Autonomi Fungsional pada Individu
Prinsip autonomi fungsional menyatakan bahwa aktivitas tertentu atau bentuk tingkah laku tertentu dapat menjadi akhir atau tujuan sendiri walaupun dalam kenyataannya mula-mula terjadi karena adanya alasan lain. Setiap tingkah laku individu apapun bentuknya sederhana atau kompleks dapat terus berlangsung dengan sendirinya tanpa adanya factor biologis yang memperkuatnya lagi. Dicontohkan oleh allport seorang pemburu tetap akan berburu karena ia menyukainya bukan karena terdorong oleh kebutuhan untuk makan atau yang lainnya. Itulah yang dinyatakan oleh allport dengan istilah autonomi fungsional.
Allport mengemukakan alas an tentang konsepsinya dengan menunjukan bukti-bukti adanya suatu kecenderungan pada organisme untuk tetap ada suatu respon walaupun alas an yang menimbulkan respon tidak ada. Menurut alport, perbuatan-perbuatan yang dilakukan dan terjadinya secara terus menerus dengan tanpa henti itu dinamakan reflex sirkuler yang merupakan contoh dari functional autonomy.
Tanggapan allport terhadap datangnya kritikan berupa pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh bertocci ialah dengan cara menjelaskan dan memperluas teorinya. Penjelasan atau perluasan teori allport mencakup suatu bentuk “ego psychology”. Allport mengemukakan contoh autonomi fungsional yang secara garis besar meliputi dua pola. yaitu pertama, perseverantive behavior, baik berasal daei hewan maupun dari diri manusia. Bentuk ini disebut opportunistic yang terdapat pada semua kepribadian, tetapi tidak begitu terikat pada proprium. Pola propriate memberikan tenaga mengatur dalam kepribadian sehingga individu tidak terpecah belah menjadi dorongan-dorongan yang tidak berhubungan satu sama lain seperti dinyatakan bertocci. Kedua, adanya tenaga pendorong pada individu-individu sehingga pada setiap individu timbul minat dengan didukung oleh adanya pengalaman, nilai-nilai, dan seluruh gaya hidup pada individu yang bersangkutan.
Dorongan-dorongan yang khas pada individual terbentuk sebagai akibat adanya proses deferensiasi dalam belajar yang berpangaruh pada temperamen dan bakat kearah perkembangan yang sifatnya divergen. Setiap individu meskipun satu spesies masing masing memiliki kepribadian yang khas. Adanya pengaruh dari kebudayaan dan proses belajar memungkinkan kemiripan-kemiripan kepribadian antar individu meskipun kemiripan yang terjadi pada batas-batas tertentu. Dengan pernyataan lain, kebudayaan dan proses belajar berpengaruh terhadap perubahan kepribadian individu-individu meskipun pengaruh tersebut tidak mampu membentuk individu-individu memiliki kepribadian yang sama persis, tetapi hanya sebatas kemiripan.
6.      Mekanisme Perkembangan Keperibadian Individu Menurut Allport
Jika ditilik dari teori autonomi fungsional yang dikemukakan oleh allport, setiap individu dapat dipastikan mengalami perubahan-perubahan penting dalam hidupnya. Perkembangan tersebut meliputi pula perkembangan kepribadiannya. Perkembangan kepribadian yang penting diketahui, yaitu terjadinya saat masih kanak-kanak. Allport berpendapat setiap individu mula-mula dalam keadaan neonatus, yaitu semata-mata sebagai makhluk yang dilengkapi dengan keturunan-keturunan, dorongan-dorongan/nafsu-nafsu, dan refleks-refleks. Neonatus juga telah memiliki refleks-refleks tertentu seperti menghisap dan menelan. Selain itu, neonatus juga mampu melakukan gerakan-gerakan yang sifatnya belum terdeferensiasi, yaitu semua otot turut digerakkannya. Pada individu yang masih berusia anak-anak memiliki semacam aktivitas umum.
Dinyatakan bahwa pada anak-anak dalam menuju ke dewasa mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang oleh allport terjadinya dinyatakan mengalami proses deferensiasi dan integrasi. Proses demikian itu terjadi secara berangsur-angsur. Perkembangan pada anak-anak dapat dilihat dari adanya ekspresi-ekspresi emosional dengan kecenderungan untuk menyesuaikan dengan dirinya dengan masa-masa ke depan. Dengan demikian, jika diamati secara kritis, tingkah laku anak-anak merupakan perintis bagi pola-pola kepribadian selanjutnya. Allport mencatat tingkah laku anak tersebut menunjukan sifat-sifat kekhasan tersendiri.
Allport menjelaskan perkembangan manusia terjaid pada individu-individu karena kedudukannya sebagai suatu organisme yang ketika lahir adalah makhluk biologis, kemudian berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang, struktur-struktur sifatnya meluas dan hal ini merupakaninti dari tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi masa depan. Peranan yang sangat menentukan dala suskse atau tidaknya proses perkembangan itu adalah autonomi fungsional. Mengapa disebut demikian? Menurut allport hal itu disebabkan segala apa yang semula sebagai alat untuk mencapai tujuan biologis akan dapat menjadi suatu motif autonomy yang mendorong dan memberikan arah pada tingkah laku.
Jika teori perkembangan yang dikemukakan oleh allport tersebut dikritisi secara mendalam, tampak dua teori kepribadian individu, yaitu pertama, teori kepribadian yang cocok diterapkan bagi anak yang baru lahir. Untuk hal ini teori kepribadian didasarkan pada bidang biologi. Kedua, diterapkan pada individu menuju masa dewasa.

C.    Persamaan maupun Perbedaan
Raymond Cattell, Henry Murray, dan Gordon Allport semuanya menekankan pada struktur kepribadian. Bagaimana persamaan dan perbedaan penekanan yang dapat dilihat dari teori kepribadian mereka masing-masing?
I.       Persamaan Teori Kepribadain Henrry Murray dan Gordon Allport
a.       Kepribadian Indivdiu akan berkembang sesuai dengan usia individu. Perkembangan Kepribadian  diklasifikasi dimulai sejak individu berumur  0 tahun sampai dengan usia yang ditentukan.  Teori Raymond Cattel  batas usia sampai dengan  diatas 65  tahun, Gordon Allport 12 tahun.  Henrry Murray tidak mengklasifikasi Kepribadian.
b.      Lingkungan mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian seseorang.
c.       Raymond Cattel dan Henrry Murray memasukan masa lalu / life record seseorang dalam berperilaku.
d.      Kepribadian dibentuk dengan proses pembelajaran.

II.    Perbedaan
Raymond Cattel
Gordon Allport
Henry A Murray 
a.    Tingkahlaku indvidu dapat disesuaikan dalam situasi yang berbeda – beda, tanpa mengubah trait yang sudah ada. Perkembangan yang baik adalah apabila individu dapat mengkombinasikan antara ideal self (yang diingikan) & Real self (pertimbangan rasional)  menjadi struktural self sehingga menjadi individu berpendirian dan bertingkahlaku realistis.
b.   Tingkahlaku indvidu dapat disesuaikan dalam situasi yang berbeda – beda, tanpa mengubah trait yang sudah ada. Perkembangan yang baik adalah apabila individu dapat mengkombinasikan antara ideal self (yang diingikan) & Real self (pertimbangan rasional)  menjadi struktural self sehingga menjadi individu berpendirian dan bertingkahlaku realistis.
a.   Masa lalu tidaklah penting dalam perkembangan kepribadian individu.  Individu yang berkembang adalah individu yang proaktif, berorientasi pada masa depan dan psikologinya. Rasionalisasi adalah Mekanisme pertahanan diri.
b.   Struktur dan dinamika umumnya adalah satu dan sama sifatnya. Lebih lanjut dalam menjelaskan tingkah laku pada individu , Allport menggunakan beberapa istilah yang dianggapnya berperan penting dalam hal ini, seperti refleks bersyarat (conditioned reflex), kebiiasaan (habit), sikap (attitude), sifat (trait), diri (self), dan kepribadian (personality).
c.   salah satu yang paling memotivasi manusia adalah kecenderungan unutk memenuhi kebutuhan – kebutuhan biologisnya. Kecenderungan ini disebut dengan pemfungsian oportunitik. Oportunitik bersifat reaktif, berorientasi masal lalu dan biologis.
a.    Perilaku individu adalah hasil kombinasi dari tuntutan internal
( ketidaksadaran) hasil dari pengalaman masa lalu dan kombinasi ekternal atau tuntutan lingkungan sebagai motivasi untuk pemenuhan diri. Herry Murray menggunakan Gambar untuk  dapat memproyeksikan isi kepribadian individu dalam cerita –ceritanya.
b.    abstraksi yang dirumuskan oleh ahli teorinya, dan bukan merupakan gambaran mengenai tingkah laku individu belaka.
c.    dikenal dengan teori persoalogis( personalogical system).  Hakikat Individu yang terintegrasi dan dinamis sebagi suatu organisme yang kompleks yang berespons terhadap lingkungan. Murray menekankan pentingnya kebutuhan dan motivasi yang dapat berpengaruh pada individu.




[1] Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 397
[2] Dr. A. Supratilnya, Teori-teori Psikodinamik( Yogyakarta : PENERBIT KANISIUS, 1993) hlm. 27
[3] Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 399
[4] ibid
[5] Alwisol, Psikologi Kepribadian(Malang: UMM Press, 2009)  hlm.184

Tahap Memperoleh Pemahaman Diri Menurut Teori Trait and Factor

        Pada tahap ini dideskripsikan minimal lima jenis tes yang sering digunakan oleh konselor dalam konseling karir trait and factor, yai...