Pada tahap ini dideskripsikan minimal lima jenis tes yang sering digunakan oleh konselor dalam konseling karir trait and factor, yaitu bakat, prestasi, minat, nilai-nilai, dan kepribadian. Berikut penjelasan dari kelima jenis tes tersebut;
1. Bakat
Tes bakat digunakan untuk memprediksi level kemungkinan yang akan terjadi dan kemampuan individu untuk melaksanakan tugas. Bakat individu dapat diketahui melalui tes. Instrumen tes yang biasa digunakan dalam pengukuran bakat antara lain: Baterai Primery Mental Abilities (PMA) dari Thurstone, Differential Aptitude Test (DAT) terbitan Psychological Corporation, California Test of Mental Maturity, dan lain sebagainya. Di Indonesia untuk mengukur bakat individu digunakan tes yang bernama Intelligence Structure Test (IST) yang terdiri dari sembilan aspek bakat.
2. Prestasi
Sharf (1992:22) mengemukakan bahwa "achievements refer to a board range of event that individuals participate in and accomplish during their lifetime". Prestasi dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tahap pertama prestasi akademik, biasanya diukur dengan angka, akan tetapi dengan skor khusus tertentu. Kedua prestasi dalam kerja seperti kesempurnaan tugas-tugas. Ketiga yang sangat cocok dengan teori trait and factor yaitu prestasi yang terkait dengan syarat-syarat untuk memasuki dunia kerja. Prestasi dapat diukur secara kuantitatif melalui tes-tes yang digunakan untuk memasuki salah satu profesi.
3. Minat
Dapat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa, 1997:370). Minat adalah suatu yang bersifat pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka. Dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu yang telah menarik minatnya. Hurlock (1986: 144) mengatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.
Selama berpuluh-puluh tahun, minat merupakan ciri yang sanagt penting dalam seleksi karir individu. Herr and Crammer (1984: 94) mengemukakan bahwa minat merupakan entry point yang dapat memprediksi karir individu daripada bakat dengan beberapa kemampuan. Alasannya adalah bahwa memasuki pekerjaan dapat diprediksi lebih baik dari minat daripada sikap individu dengan banyak kemampuan yang bisa memilih rangkaian yang luas. Tidak sama dengan tes sikap mempunyai skala kerja yang khusus.
Instrumen yang bisa digunakan untuk mengukur minat individu terhadap karir tertentu antara lain: (a) Kuder Preference Record- Form C (KPRC) scientific,persuasive, atristic, literary, musical, social service and clerial; (b) strong interest inventory (SII) Basic Interest Scale dengan aspek yang diukur di antaranya adventure, art, athletics,bussiness management, domestic, merhanding, militaryactivities, music/dramatic, danlain sebagainya.
4. Nilai-nilai
Melambangkan sesuatu yang penting. Nilai-nilai sebagai suatu yang sulit untuk memperkirakan kemungkinannya. nilai-nilai yang sangat penting dalam konseling karir yaitu nilai-nilai umum dan nilai dunia kerja. Adapun maksed dari pengetahuan mengenai nilai-nilai ini adalah agar individu mampu memutuskan arah karir yang jelas.
5. Kepribadian
Pengukuran dari kepribadian telah menjadi era penting dari belajar dan berguna untuk mengkonseptualisasikan individu dalam pilihan vokasional. Minimal terdapat tiga jenis intrumen untuk mengukur insividu. Dengan instrumen tersebut konselor dapat mencocokan profil kepribadian konseling dalam karir yang cocok.
CYRENE BEE
Kamis, 25 Mei 2017
Teori-Teori Karir
Teori Trait and Factor
Teori ini dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa ahli perkembangan karir seperti Frank Parson, E.G. Williamson, D.G. Petterson, J.G. Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok :Minnesota" (Munandir, 1996). Istilah trait itu sendiri merujuk pada karakteristik individu yang dapat diukur melalui tes. "factor" merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk penampilan kerja yang sukses. Jadi, istirah trait and factor merujuk pada penilaian karakteristik individu dan pekerjaan (Sharf, 1992: 17). Dalam assesmen trait ini, Parson (Sharf, 1992: 17) mengajukan bahwa untuk memilih karir, seorang individu idealnya harus memiliki;
a. Pengertian yang jelas mengenai diri sendiri, sikap, minat, ambisi, batasan sumber dan akibatnya,
b. Pengetahuan akan syarat-syarat dari kondisi sukses, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan dan harapan masa depan pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda, dan
c. Pemikiran yang nyata mengenai hubungan-hubungan antara dua kelompok atau fakta-fakta ini.
Hampir senada dengan pendapat tersebut, Crites (1981: 22) berpendapat bahwa perkembangan karir individu berdasarkan teori ini didasarkan pada asumsi berikut;
1. Dengan ciri psikologisnya yang khas, bagi setiap individu yang saling cocok adalah bekerja di suatu jenis pekerjaan tertentu,
2. Sekelompok pekerja dalam pekerjaan-pekerjaan yang berlainan mempunyai ciri psikologis yang berlainan pula, dan
3. Penyesuaian vokasional berbeda-beda, selaras dengan yang bersangkutan dengan tuntutan dunia kerja tertentu.
Marinhu (1985:64) menjelaskan bahwa teori trait and factor termasuk kedalam teori struktural. Teori ini memandang individu sebagai organisasi kapasitas dan sifat-sifat lain yang dapat diukur dan dihubungkan dengan persyaratan program latihan atas dasar informasi yang diperoleh tentang perbedaan-perbedaan individu yang menduduki okupasi atau hubungan pilihan karir dan kepuasan. Teori trait and factor lebih deskriptif pengaruhnya terhadap pilihan karier daripada menjelaskan perkembangan karir.
Menurut pandangan Parson dan Williamson (Winkel, 1996: 575) ciri khas dari teori ini adalah bahwa seseorang dapat menemukan vokasional yang cocok baginya dengan mengkorelasikan kemampuan, potensi, dan wujud minatyang dimilikinya dengan kualitas-kualitas yang secara objektif dituntut bila akan memegang vokasional tertentu. Pandangan ini bagaiman individu membuat pilihan karir yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan dan minat individu ini dapat diketahui melalui testing.
Pada dasarnya teori ini menyatakan bahwa pemilihan karir individu sangat ditentukan oleh kesesuaian kemampuan, minat, prestasi, nilai-nilai dan kepribadian dengan dunia kerja. Pandangan yang luas dari teori ini menunjukkan bagaimana kesemua itu dapat digunakan untuk mengkonseptualisasikan perkembangan karir. Parson (Sharf, 1992: 18) mengkarakterisasikan tahap pertama dari pilihan karir adalah manfaat dari "pemahaman diri, sikap, minat kemampuan, minat ambisi, sumber daya dan penyebabnya." Pada tahap ini, bakat, prestasi, minat, nilai dan kepribadian untuk merefleksikan lima tipe dari perkiraan yang muncul sebagai suatu yang penting dalam konseling karir. tahap kedua adalah mendapatkan pengetahuan dari syarat dan kondisi kesuksesan, keuntungan dan ketidakuntungan, kompensasi, kesempatan dan prospek dalam jalur karir yang berbeda. Pada tahap ini didiskusikan bagaimana konselor dapat membantu konseling dalam mendapatkan pengetahuan ini. tahap ketiga menurut Parson adalah bahwa sebuah pilihan yang diharapkan dibuat dengan alasan yang benar dari hubungan dua kelompok ini. Disini pertimbangan integrasi informasi tentang diri dan dunia kerja, memberikan fokus yang tidak dibatasi untuk penggunaan kemampuan-kemampuan kognitif tetapi juga refleksi kemampuan diri.
Teori ini dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa ahli perkembangan karir seperti Frank Parson, E.G. Williamson, D.G. Petterson, J.G. Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok :Minnesota" (Munandir, 1996). Istilah trait itu sendiri merujuk pada karakteristik individu yang dapat diukur melalui tes. "factor" merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk penampilan kerja yang sukses. Jadi, istirah trait and factor merujuk pada penilaian karakteristik individu dan pekerjaan (Sharf, 1992: 17). Dalam assesmen trait ini, Parson (Sharf, 1992: 17) mengajukan bahwa untuk memilih karir, seorang individu idealnya harus memiliki;
a. Pengertian yang jelas mengenai diri sendiri, sikap, minat, ambisi, batasan sumber dan akibatnya,
b. Pengetahuan akan syarat-syarat dari kondisi sukses, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan dan harapan masa depan pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda, dan
c. Pemikiran yang nyata mengenai hubungan-hubungan antara dua kelompok atau fakta-fakta ini.
Hampir senada dengan pendapat tersebut, Crites (1981: 22) berpendapat bahwa perkembangan karir individu berdasarkan teori ini didasarkan pada asumsi berikut;
1. Dengan ciri psikologisnya yang khas, bagi setiap individu yang saling cocok adalah bekerja di suatu jenis pekerjaan tertentu,
2. Sekelompok pekerja dalam pekerjaan-pekerjaan yang berlainan mempunyai ciri psikologis yang berlainan pula, dan
3. Penyesuaian vokasional berbeda-beda, selaras dengan yang bersangkutan dengan tuntutan dunia kerja tertentu.
Marinhu (1985:64) menjelaskan bahwa teori trait and factor termasuk kedalam teori struktural. Teori ini memandang individu sebagai organisasi kapasitas dan sifat-sifat lain yang dapat diukur dan dihubungkan dengan persyaratan program latihan atas dasar informasi yang diperoleh tentang perbedaan-perbedaan individu yang menduduki okupasi atau hubungan pilihan karir dan kepuasan. Teori trait and factor lebih deskriptif pengaruhnya terhadap pilihan karier daripada menjelaskan perkembangan karir.
Menurut pandangan Parson dan Williamson (Winkel, 1996: 575) ciri khas dari teori ini adalah bahwa seseorang dapat menemukan vokasional yang cocok baginya dengan mengkorelasikan kemampuan, potensi, dan wujud minatyang dimilikinya dengan kualitas-kualitas yang secara objektif dituntut bila akan memegang vokasional tertentu. Pandangan ini bagaiman individu membuat pilihan karir yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan dan minat individu ini dapat diketahui melalui testing.
Pada dasarnya teori ini menyatakan bahwa pemilihan karir individu sangat ditentukan oleh kesesuaian kemampuan, minat, prestasi, nilai-nilai dan kepribadian dengan dunia kerja. Pandangan yang luas dari teori ini menunjukkan bagaimana kesemua itu dapat digunakan untuk mengkonseptualisasikan perkembangan karir. Parson (Sharf, 1992: 18) mengkarakterisasikan tahap pertama dari pilihan karir adalah manfaat dari "pemahaman diri, sikap, minat kemampuan, minat ambisi, sumber daya dan penyebabnya." Pada tahap ini, bakat, prestasi, minat, nilai dan kepribadian untuk merefleksikan lima tipe dari perkiraan yang muncul sebagai suatu yang penting dalam konseling karir. tahap kedua adalah mendapatkan pengetahuan dari syarat dan kondisi kesuksesan, keuntungan dan ketidakuntungan, kompensasi, kesempatan dan prospek dalam jalur karir yang berbeda. Pada tahap ini didiskusikan bagaimana konselor dapat membantu konseling dalam mendapatkan pengetahuan ini. tahap ketiga menurut Parson adalah bahwa sebuah pilihan yang diharapkan dibuat dengan alasan yang benar dari hubungan dua kelompok ini. Disini pertimbangan integrasi informasi tentang diri dan dunia kerja, memberikan fokus yang tidak dibatasi untuk penggunaan kemampuan-kemampuan kognitif tetapi juga refleksi kemampuan diri.
Jumat, 05 Mei 2017
Teori-Teori Karir
Teori Super
Teori renan hidup (life span) dari Donald E. Super menitikberatkan pada proses perkembangan karir, yang berfokus pada pertumbuhan dan arah dari sejumlah persoalan karir individu sepanjang rentang hidup adalah teori yang mencakup periode waktu yang cukup panjang. Proses kematangan karir diawali dengan perkembangan untuk pengambilan keputusan karir pada masa kanak-kanak. Pada masa ini sejalan dengan perkembangan rasa keingintahuan dan penggalian untuk memperoleh informasi dari pengamatan dan peranan model-model. Hal ini akan mengarah pada perkembangan-perkembangan minat dan konsep dirinya, yang dihasilkan dari kemampuan untuk merencanakan karirnya.
Perkembangan minat, kecakapan daya tahan dan nilai-nilai akan berlansung pada masa remaja. Sehubungan dengan perkembangan yang mengarah pada kematangan karir, maka individu pada masa remaja ini perlu dibekali dengan pengetahuan tentang pengambilan keputusan dan informasi jabatan. Pendekatan teori tentang rentan hidup banyak didasari oleh analisis Donald E. Super. Beberapa alasan mengapa teori ini dijadikan dasar bagi teori rentang hidup adalah sebagai berikut:
a. Teori perkembangan super adalah salah satu teori yang menggambarkan sebagaian kecin rentangan hidup,
b. Ada beberapa teori rentan hidup yang kemudian dikembangkan oleh Super menjadi suatu bentuk yang valid dalam teorinya disertai instrumen yang dapat digunakan dalam konseling,
c. Banyak penelitian yang dihubungkan dalam konseling dari teori perkembangan Super,
d. Beberapa karakter dan faktor dari perkembangan karir banyak memiliki kemiripan.
Super (Sarf 1992: 121-122) mengasumsikan perkembangan karir merupakan peranan individu dalam dunia yang mereka tempati. Ia juga menjelaskan bahwa peranan individu mencakup pengaruh dan hasil belajar, layanan kelompok, peluang kerja, dan keluarga bagi perkembangan karir sepanjang hidup. Tahapan dan tugas menjadi point penting dalam teori Super. Ia menggambarkan teorinya dalam beberapa bagian yang mencakup hasil analisis Thorndike, Hull, Bandura, Freud, Jung, Adler, Murray, Maslow, Allport, Rogers, dan sebagainya. Dari teori-teori mereka Super membangun asumsi dasar untuk mengembangkan teorinya, Asumsi dasar itu meliputi aspek psikologis, kondisi genetik, aspek geografis, bangsa dan budaya memberikan pengaruh langsung bagi perkembangan karir. Secara garis besar aspek itu meliputi karakteristik perkembangan psikologis dan struktur sosial ekonomi dari lingkungan. Karakteristik psikologi mencakup kebutuhan-kebutuhan perkembangan, nilai-nilai, miat, intelegensi, bakat, dan kreatifitas yang mengarah pada perkembangan kepribadian individu yang kompleks. Faktor sosial ekonomi menyangkut masyarakat, sekolah, keluarga, teman sebaya, kondisi ekonomi pasaran tenaga kerja. Pengaruh struktur kerja dan kondisi tenaga kerja yang merupakan faktor kondisi luar dimana individu harus berinteraksi. Faktor piskologis dan sosial ekonomi memberikan pengaruh pada perkembangan dirinya. Individu belajar mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya sesuai tahapan perkembangannya, yang akan membentuk sebuah konsep pada dirinya.
Perkembangan aspek psikologis dan sosio-ekonomis inilah terbentuk konsep diri individu sebagai hasil dari upaya mempelajari diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, teori Super mengemukakakan teorinya tentang pemilihan karir sebagai implementasi dari konsep diri. Menurut teori Super (Surya, 1988:234) berkaitan dengan pemilihan karir adalah sebagai berikut;
a. Individu itu mempunyai kualifikasi atau kewenangan untuk banyak bidang pekerjaan,
b. Setiap bidang pekerjaan menuntut pola karakteristik kecakapan dan ciri-ciri pribadi,
c. Meskipun konsep diri individu dan situasi sosial berubah, proses pemilihan tetap berlangsung sejalan dengna pertumbuhan, mulai dari tahap eksplorasi, pemilihan dan penurunan,
d. Pola-pola karir (tingkatan, urutan, dan durasi pekerjaan) berkaitan dengan tingkat sosio-ekonomi orang tua, kecakapan, kepribadian, dan kesempatan,
e. Perkembangan Vokasional (karir) sebagai implementasi konsep dan merupakan hasil interaksi antara pembawaan, faktor fisik, kesempatan peran-peran tertantu, dan dukungan dari teman sebaya dan orang yang memiliki kelebihan,
f. Kepuasan tergantung pada kesempatan memperoleh kepuasan kebutuhuhan pribadi, dan situasi kerja yang memberikan kesempatan bermain peranan.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut lahirlah konsep Super yang berkaitan dengan peran-peran hidup dan tahap-tahap perkembangan.
(Dikutip dari "Konseling Karir Sepanjang Rentang Hidup", oleh Dr. Uman Suherman AS.)
Teori renan hidup (life span) dari Donald E. Super menitikberatkan pada proses perkembangan karir, yang berfokus pada pertumbuhan dan arah dari sejumlah persoalan karir individu sepanjang rentang hidup adalah teori yang mencakup periode waktu yang cukup panjang. Proses kematangan karir diawali dengan perkembangan untuk pengambilan keputusan karir pada masa kanak-kanak. Pada masa ini sejalan dengan perkembangan rasa keingintahuan dan penggalian untuk memperoleh informasi dari pengamatan dan peranan model-model. Hal ini akan mengarah pada perkembangan-perkembangan minat dan konsep dirinya, yang dihasilkan dari kemampuan untuk merencanakan karirnya.
Perkembangan minat, kecakapan daya tahan dan nilai-nilai akan berlansung pada masa remaja. Sehubungan dengan perkembangan yang mengarah pada kematangan karir, maka individu pada masa remaja ini perlu dibekali dengan pengetahuan tentang pengambilan keputusan dan informasi jabatan. Pendekatan teori tentang rentan hidup banyak didasari oleh analisis Donald E. Super. Beberapa alasan mengapa teori ini dijadikan dasar bagi teori rentang hidup adalah sebagai berikut:
a. Teori perkembangan super adalah salah satu teori yang menggambarkan sebagaian kecin rentangan hidup,
b. Ada beberapa teori rentan hidup yang kemudian dikembangkan oleh Super menjadi suatu bentuk yang valid dalam teorinya disertai instrumen yang dapat digunakan dalam konseling,
c. Banyak penelitian yang dihubungkan dalam konseling dari teori perkembangan Super,
d. Beberapa karakter dan faktor dari perkembangan karir banyak memiliki kemiripan.
Super (Sarf 1992: 121-122) mengasumsikan perkembangan karir merupakan peranan individu dalam dunia yang mereka tempati. Ia juga menjelaskan bahwa peranan individu mencakup pengaruh dan hasil belajar, layanan kelompok, peluang kerja, dan keluarga bagi perkembangan karir sepanjang hidup. Tahapan dan tugas menjadi point penting dalam teori Super. Ia menggambarkan teorinya dalam beberapa bagian yang mencakup hasil analisis Thorndike, Hull, Bandura, Freud, Jung, Adler, Murray, Maslow, Allport, Rogers, dan sebagainya. Dari teori-teori mereka Super membangun asumsi dasar untuk mengembangkan teorinya, Asumsi dasar itu meliputi aspek psikologis, kondisi genetik, aspek geografis, bangsa dan budaya memberikan pengaruh langsung bagi perkembangan karir. Secara garis besar aspek itu meliputi karakteristik perkembangan psikologis dan struktur sosial ekonomi dari lingkungan. Karakteristik psikologi mencakup kebutuhan-kebutuhan perkembangan, nilai-nilai, miat, intelegensi, bakat, dan kreatifitas yang mengarah pada perkembangan kepribadian individu yang kompleks. Faktor sosial ekonomi menyangkut masyarakat, sekolah, keluarga, teman sebaya, kondisi ekonomi pasaran tenaga kerja. Pengaruh struktur kerja dan kondisi tenaga kerja yang merupakan faktor kondisi luar dimana individu harus berinteraksi. Faktor piskologis dan sosial ekonomi memberikan pengaruh pada perkembangan dirinya. Individu belajar mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya sesuai tahapan perkembangannya, yang akan membentuk sebuah konsep pada dirinya.
Perkembangan aspek psikologis dan sosio-ekonomis inilah terbentuk konsep diri individu sebagai hasil dari upaya mempelajari diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, teori Super mengemukakakan teorinya tentang pemilihan karir sebagai implementasi dari konsep diri. Menurut teori Super (Surya, 1988:234) berkaitan dengan pemilihan karir adalah sebagai berikut;
a. Individu itu mempunyai kualifikasi atau kewenangan untuk banyak bidang pekerjaan,
b. Setiap bidang pekerjaan menuntut pola karakteristik kecakapan dan ciri-ciri pribadi,
c. Meskipun konsep diri individu dan situasi sosial berubah, proses pemilihan tetap berlangsung sejalan dengna pertumbuhan, mulai dari tahap eksplorasi, pemilihan dan penurunan,
d. Pola-pola karir (tingkatan, urutan, dan durasi pekerjaan) berkaitan dengan tingkat sosio-ekonomi orang tua, kecakapan, kepribadian, dan kesempatan,
e. Perkembangan Vokasional (karir) sebagai implementasi konsep dan merupakan hasil interaksi antara pembawaan, faktor fisik, kesempatan peran-peran tertantu, dan dukungan dari teman sebaya dan orang yang memiliki kelebihan,
f. Kepuasan tergantung pada kesempatan memperoleh kepuasan kebutuhuhan pribadi, dan situasi kerja yang memberikan kesempatan bermain peranan.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut lahirlah konsep Super yang berkaitan dengan peran-peran hidup dan tahap-tahap perkembangan.
(Dikutip dari "Konseling Karir Sepanjang Rentang Hidup", oleh Dr. Uman Suherman AS.)
Rabu, 03 Mei 2017
Assesment dalam Prespektif Karir
Perkembangan standarisasi tes dan inventory asesmen memiliki ikatan yang erat dengan gerakan konseling vokasional. Sebelum tahun 1883, the US Civil Service Commision menggunakan ujian kompetitif untuk penempatan kerja (Kavruck,1996). Berbagai tes berkembang selama pertengahan tahun 1940- an dan digunakan secara meluas dalam konseling pendidikan dan vaksional. Tes bakat terhadap pelajaran berguna sebagai kriteria memasuki institusi pendidikan yang diimplementasikan melalui educational testing service (ETS) yang ditetapkan pada tahun 1947 dan american college testing program (ACT) yang ditetapkan pada tahun 1959.
Terdapat kontroversi dari penggunaan tes bakat dalam konseling karir. Tentang hasildua study terhadap nilai tes ini yang berperan sebagai prediktor keberhasilan pada masa akan datang, yaitu bagaimana tes dapat memprediksi peforma suatu vokasional atau program pelatihan. Thorndike dan Hogan (1959) mengikuti pola karir dari 1000 laki-laki yang dites selama PD II untuk menentuhkan jika hasil tes ini merupakan prediktor valid bagi keberhasilan orang-orang tersebut. Hasil study selama 12 tahun pertama tidak menghasilkan prediksi akurat tentang keberhasilan dalam vokasional pekerjaan. Penelitian lain Ghiseli (1966) berpendapat bahwa prediksi keberhasilan dalam program vokasional pelatihan yang berdasarkan atas hasil tes itu hanyalah karena sedang dapat dipercaya. Kutipan studi ini dan persoalan lain dalam menggunakan tes ini untuk populasi khusus (kelompok etnik dan wanita) tentang penggunaan instrumen asesmenini dalam program konseling karir sebenarnya membingungkan.
Secara historis, asesmen merupakan bagian integral dari konseling karir. Asesmen konseling karir memiliki sejarah panjang sepanjang sejarah konseling karir itu sendiri, banyak karya asli dari Fank Parsons. Parsons (Whistom, 2000) mendorong perkembangan asesmen konseling karir kedalam tiga tahap model konseling karir. Tahap pertama, study atau mengukur individu yang merupakan testing individual yang bersifat esensial. Beberapa individu yang memandang konseling karir hanya sebagai terdiri atas testing dan menyediakan informasi okupasional. Pendekatan "tes dan berkata" ini tidak merefleksikan status terbaru dari wilayah konseling karir, untuk penelitian menunjukkan bahwa konseling karir tidak dapat dipisahkan dari konseling personal (individual). Asesmen, merupakan instrumen penting yang rutin digunakan untuk membantu individu mengeksplorasi pengarahan karir dan membuat keputusan karir secara efektif. Spokane (Whiston, 2000) mengusulkan bahwa asesmen karir adalah untuk menggali dan menemukan kesesuaian kemungkinan karir, menilai konflik dan masalah, memotivasi perilaku ke arah yang lebih konstruktif, menemukan struktur kognitif untuk mengevaluasi alternatif karir, mengklarifikasi ekspetasi dan rencana intervensi dan menetapkan kemampuan. Sebagaimana deskripsi yang direfleksikan oleh Spokane, asesmen karir mempunyai tujuan yang beragam dan meliputi beragam wilayah yang luas.
Bab ini akan membagi asesmen karir dalam dua kategori utama : instrumen-instrumen yang digunakan untuk menilai menilai perbedaan individu dan instrumen-instrumen yang digunakan untuk menilaiproses perkembangan karir. Banyak asesmen karir yang dapat digunakan yang dirancang untuk mengukur aspek perbedaan individu, seperti minat, bakat, nilai-nilai, dan kebutuhan. Pengukuran perbedaan individu digunakan dalam konseling karir karena memiliki hubungan yang efektif dalam pemilihan atau keputusan karir. Kategori lain dari instrumen berhubungan dengan proses pemilihan karir. Fokus kategori instrumen ini tidak pada atribut-atribut konseling tetapi lebih pada proses individu menyeleksi karir. Dalam istilah proses pemilihan karir, banyak instrumen berhubungan dengan ketidakmampuan membuat keputusan (indecision) atau tahapan kematangan karir konseling (career maturity).
Komputer memiliki pengaruh yang signifikan pada asesmen karir dan diseminasi informasi karir. Sebgaimana komputer juga dapat digunakan oleh konseling untuk melengkapi asesmen karir yang didasarkan pada informasi okupasi tersebut. Beberapa program komputerisasi yang interaktif dalam asesmen minat, nilai-nilai, dan ketrampilan atau kemampuan konseling.
"Dikutip dari Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan, karya Dr. Uman Suherman AS."
Minggu, 30 April 2017
Teori Kepribadian Murray dan Allport
A.
Teori Kepribadian Henry Murray
Henry
Murray lahir pada 31 Mei 1893 di New York City, USA. Murray mengikuti
pendidikan di Groton school dan Harvard college. Tahun 1915 ia memperoleh gelar
B.A. di bidang studi mayor sejarah di Groton school dan Harvard college. Tahun
1915 ia memperoleh gelr B.A. di bidang studi mayor sejarah di Groton school dan
Harvard college. Tahun 1915 ia memperoleh gelar B.A. di bidang studi mayor
sejarah. Tahun 1920 Murray memperoleh gelar M.A. di bidang biologi dari
Colombia. Dalam waktu singkat ia menjadi instruktur fisiologi di Harvard
university. Kemudian ia mengambil spesialisasi bedah selama dua tahun
(1920-1922) pada Presbyterian hospital di new York.
1.
Pandangan Teoritis Murray
a. Definisi Kepribadian
Bahwa
kepribadian individu adalah abstraksi yang dirumuskan oleh ahli teorinya, dan
bukan merupakan gambaran mengenai tingkah laku individu belaka.Konsepsi
kepribadian, dengan komponen-komponennya yang diajukan oleh Murray dapat
disarikan menjadi lima konsep, yakni :
1)
Kepribadian
adalah rangkaian peristiwa yang secara ideal mencakup seluruh rentang hidup
sang pribadi . “sejarah kepribadian adalah kepribadian itu sendiri”.
2)
Definisi
kepribadian mencerminkan baik unsur-unsur tingkah laku yang bersifat menetap
dan berulang maupun unsur-unsur yang baru dan unik.
3) Kepribadian adalah fungsi yang menata (mengatur) atau mengarahkan dalam
diri individu. Tugas-tugasnya meliputi pengintegrasian konflik-konflik dan
rintangan–rintangan yang dihadapi individu, memuaskan kebutuhan-kebutuhan
individu, dan menyusun rencana-rencanauntuk mencapai tujuan-tujuan di masa
mendatang.
4)
Kepribadian
itu di otak.” Tanpa otak tidak ada kepribadian”.[1]
b.
Struktur
Kepribadian
Mengenai
struktur kepribadian Murray mengajukan unsur-unsur sebagai berikut:
1)
Proceeding
dan Serial
Proceeding
yaitu interaksi yang waktunya terbatas antara individu dengan orang atau antara
individu dengan objek. Proceeding adalah sepenggal waktu yang cukup untuk
menyelesaikan pola-pola penting dari tingkah laku secara dinamis. Proceeding
mempunyai awal dan penyelesaian, yang menunjukkan bahwa proceding itu terikat
oleh dimensi waktu.
Sedangkan
Serial yaitu serangkaian prosiding sehingga menjadi unit tingkah laku yang
lebih panjang.
2)
Program
Serial dan Jadwal
Program Serial
yakni penyusunan teratur atas sub-sub tujuan yang merentang ke arah masa depan
sampai jangka waktu yang lama.[2]
Jadi, individu mencita-citakan tujuan untuk menjadi dokter tetapi diantara
situasi sekarang dan tujuan ini terbentang tahun-tahun belajar dan pendidikan
khusus. Apabila ia mengembagkan serangkaian sub tujuan, yang masing-masing
mempunyai peranan makin mendekatkan orang yang bersangkutan pada titel dokter,
mka ini bisa disebut program serial.
Jadwal adalah
pengaturan program-program serial dalam
mencapai tujuannya tertentu. Jadwal-jadwal itu amat penting ,untuk menghindari
terjadinya konflik dan tabrakan-tabrakan antara berbagai program serial. Jika
penyusanan jadwal-jadwal itu efisien, maka kuantitas dan intensitas konflik
dapat dikurangi.[3]
3)
Abilitas
dan prestasi
Abilitas dan
prestasi seseorang adalah bagian kepribadian yang penting, seperti ketrampilan
mekanik, leadership,prestasi intelektual, dan tingkah laku sesksual. Abilitas
menunjukkan potensi apa yang mampu dikerjakan seseorang ,mencakup variabel
bakat herediter dan apa saja yang pernah dipelajari. Prestasi atau achievement menunjukkan apa
yang nyata-nyata dilakukanya dengan pengetahuan yang dimilikinya.[4]
Bagi Murray,
setiap tingkah laku baru adalah bentuk prestasi karena tingkah laku itu pasti
dibentuk berdasarkan koordinasi dan abilitas yang telah dimiliki. Jadi ini
menjelaskan hakekat kreativitas dan proses menyusun rencana dari seseorang.
Bersama-sama dengan konsep motivasi dan kebutuhan yang kompleks dari murray,
pemahaman manusia menjadi sangat spesifik individual.
c.
Dinamika
Kepribadian
1)
Kebutuhan
Need adalah
konstruktur mengenai kekuatan di bagian otak yang mengorganisir berbagai proses
seperti persepsi, berfikir, dan berbuat untuk mengubah kondisi yang ada dan
tidak memuaskan.[5]
2)
Tekanan
Tekanan adalah
suatu sifat atau atribut dari suatu objek lingkungan atau orang yang memudahkan
atau menghalangi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan tertentu. Tekanan
ada hubungannya dengan orang-orang yang mempunyai implikasi-implikasi langsung
terhadap usaha-usaha individu untuk memuaskan kebutuhan.
Tekanan adalah
bentuk penentu tingkah laku yang berasal dari lingkungan. Tekanan dari suatu
obyek (bisa berupa manusia, benda, atau situasi) adalah apa yang dilakukan
obyek itu kepada subyek (penerima tekanan), suatu kekuatan yang dimiliki oleh
objek untuk mrmprngruhi subyek dengan cara tertentu
3)
Reduksi
Tegangan
Konsep reduksi
tegangan untuk menggambarkan bahwa tingkah laku timbul karena ada kebutuhan,
dan kebutuhan itu menyebabkan terjadinya tegangan. Tetapi setelah kebutuhan itu
sudah terpenuhi, maka tegangan tadi akan hilang atau berkurang, jadi tereduksi.
Ketika kebutuhan hilang maka tegangan juga ikut menghilang.
4)
Tema
Tema meliputi
situasi yang menggerakkan tekanan dan kebutuhan yang kemudian muncul. Jadi,
tema menyangkut interaksi antara kebutuhan-kebutuhan dan tekanan dan
memungkinkan meihat tingkah laku secara lebih global, tidak segmental.
5)
Interaksi
Kebutuhan
Integrasi
kebutuhan-kebutuhan adalah disposisi tematis yang mentap kebutuhan untuk
mengadakan bentuk interaksi tertentu dengan tipe orang tertentu. Dengan
integrasi kebutuhan orang lalu dapat mencari objek lingkungan yang cocok dengan
gambaran yang merupakan bagian dari integrasi kebutuhan.
6)
Tema
Kesatuan
Tema kesatuan
merupakan kesatuan antara kebutuhan-kebutuhan dan tekanan yang berhubungan,
yang diperoleh dari pengalaman kanak-kanak dan yang memberikan arti serta
kesatuan pada bagian terbesar tingkah laku individu.
Murray
mengemukakan bahwa tema kesatuan adalah campuran antara kebutuhan kebutuhan
dominan yang saling berhubungan –bekerjasama atau bertentangan-yang berhubungan
dengan tekanan yang dihadapi individu, yang memuaskan atau bersifat traumatis
pada masa kanak-kanak.
7)
Regnansi
Proses-proses
yang saling bergantung satu sama lain yang merupakan konfigurasi-konfigurasi
yang dominan dalam otak sebagai proses-proses regnansi. Semua proses sadar
berupa reganan, tetapi tidak semua proses regnan disadari.
8)
Nilai
dan Vektor
Nilai adalah
sesuatu yang ada pada apa yang dkejar dalam kebutuhan , maka nilai harus
dimasukan pada bagian analisis motif. Vektor untuk menggambarkan
tendensi-tendensi tingkah laku , jadi vektor itu arah fisik atau psikologi
suatu kegiatan secara luas. Nilai-nilai yang diemban vektor dijelaskan dalam
rangkaian konsep nilai.
B.
Teori Kepribadian Menurut G.W. Allport
Menurut
G,W. Allport struktur kepribadian individu dinyatakan dalam sifat-sifat
(traits) yang dimiliki oleh setiap individu dan adanya traits tersebut akan mendorong
setiap individu untuk bertingkah laku. Jadi, menurut pandangan Allport,
struktur dan dinamika umumnya adalah satu dan sama sifatnya. Lebih lanjut dalam
menjelaskan tingkah laku pada individu , Allport menggunakan beberapa istilah
yang dianggapnya berperan penting dalam hal ini, seperti refleks bersyarat
(conditioned reflex), kebiiasaan (habit), sikap (attitude), sifat (trait), diri
(self), dan kepribadian (personality).
1.Pengertian Kepribadian, Watak, dan Temperamen
a.
Definisi
Kepribadian Menurut Allport
Semula Allport memberikan definisi kepribadian dengan sangat
singkat. Ia menyatakan bahwa kepribadian didefinisikan untuk mengakomodasi
tentang fakta manusia menurut pemikirannya. Lalu ia mengembangkan definisi
tersebut dengan kepribadian merupakan suatu organisasi dinamis dalam individu
sebagai sistem psychophysis yang menentukan caranya yang khas dalam
menyesuaikan dirinya terhadap sekitarnya.
Digunakan istilah organisasi (dnamic organitation) dalam definisi Allport tersebut tercetus oleh
realitas bahwa kepribadian selalu berkembang dan berubah dari waktu ke waktu
meskipun padanya terdapat komponen dari kepribadian itu sendiri. Kepribadian
bukanlah suatu menrtal yang sifatnya ekslusif semata-mata, melainkan semua
komponen yang menyusun kepribadian adalah satu kesatuan yang melingkupi tubuh
dan jiwa pada seseorang. Untuk menyatakan hal ini Allport memakai istilah
pshycophysica.
Allport mengemukakan dalam definisinya tentang keprkibadian
tersebut terjadi pula adanya tendensi-tendensi atau kecenderungan timbulnya
determinasi yang berperan penting karena cukup aktif dalam pembentukan tingkah
laku pada individu manusia.
Allport menegaskan bahwa kepribadian manusia memiliki eksistensi
nyata, baik menyangkut segi neural maupun psikologis. Dalam hal ini Allport
juga menggaris bawahi pernyataanya bahwa didunia ini tidak pernah dijumpai
terdapat dua orang atau lebih yang benar-benar sama dalam upaya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Akibatnya tidak satupun ditemui di
muka bumi ada dua orang atau lebih yang memiliki kepribadian yang sama.
Kepribadian adalah sesuatu yang memiliki peranan pada individu
untuk bisa beradaptasi pada lingkungan. Dengan demikian, definisi kepribadian
yang dikemukakan oleh Allport bersifat universal dalam arti mencakup fisik dan
mental yang ada pada individu.
b.
Pengertian
watak (character)
Menurut Allport yang dinamakan watak (character) adalah kepribadian
dinilai, sementa kepribadian tersebut adalah watak tak dinilai. Ia menunjukkan
bahwa kata watak umumnya menunjukkan arti normative . dengan demikian, kata
watak akan lebih tepat digunakan untuk menyatakan hal-hal perbuatan yang
sifatnya etis.
c.
Peranan
Tempramen pada Individu
Temperamen adalah istilah yang menunjukkan pada faktor-faktor
biologis atau fisiologis yang melekat pada seseorang. Sejauh yang diamati oleh
Allport selama peneylidikan sifat dari temperamen terlalu sedikit mengalami
modifikasi dalam perkembangan. Ia menambahkan pembentukan temperamen pada
sesesorang adalah khas karena didalamnya turut berperan adanya factor keturunan
pada individu.
Temperamen merupakan bagian khusus dari kepribadian. Menurut
Allport, temperamen didefinisikan sebagai suatu gejala karakteristik dari sifat
emosi individu,termasuk didalamnya mudah atau tidaknya terkena rangsangan
emosi, kekuatan dan kecepatan bereaksi, dan kualitas kekuatan suasana hati.
Gejala-gejala tersebut pada individu tampak tergantung pada factor
konstitusional yang utamanya berasal dari factor keturunan (hereditas).
2.Sifat yang Dimiliki Individu
Allport memberikan pengertian dan menegaskan adanya
perbedaan-perbedaan yang mendasar antara sifat(traits), sikap (attitude), dan
type berkaitan dengan kepribadian yang melekat pada individu.lebih lanjut
Allport menjelaskan tiga hal tersebut seperti diuraKan berikut ini.
a.
Pengertian
sifat pada individu
Sifat yang melekat Pada setiap indiviud tidak terlepas dari pengamatan
Allport dalam penyelidikan psikologi. Bahkan, dari hasil pengamatan atau
penyelidikannya akhirnya Allport berhasil menyusun suatu definisi tentang sifat
yang melekat pada individu-individu. Bagaimana definisi Allport mengenai sifat
yang seperti apa cirri-cirinya ?
Sifat adalah sistem neurophysis (neurophysic sistem) yang
digeneralisasikan.
Dan diarahkan dengankemampuan untuk menghadapi bermacam-macam
perangsang secara seksama. Sifat berperan penting dalam memulai dan membimbing
tingkah laku adaptif serta ekspresi secara sama. Siifat sebenarnya merupakan
tendensi determinasi atau predisposisi.
Hal penting yang perlu diketahui berkaitan denga sifat bahwa kecenderungan
tidak hanya terikat kepada sejumlah kecil perangsang atau reaksi, tetapi oleh
adanya keseluruhan pribadi individu yang bersangkutan. Sementara yang
dimaksudkan dengan sistem neurophysis (neurophysic systems) oelh Allport utnuk
mempertegas bahwa “traits” benar-benar ada pada diri setiap individu. Hal itu
ditekankan oleh Allport karena dalam kalangan msyarakat berada pro dan kontra
tentang pendapat yang menyatakan bahwa traits memang benar-benar ada oada diri
individu dalam menentukan kepribadiannya.
Dua kubu yang saling bertetangan, kubu pertama dipelopori oleh ahli
yang memiliki pemahaman bahwa traits hanya ada dalam pengamatan yang dilakukan
oleh orag lain. Kubu pertama ini dinamakan pendiri biososial. Sementara kubu
kedua yang dipelopori oleh ahli yang berpendapat bahwa traits tidak tergantung
kepada pengamat, tetapi benar-benar memiliki eksistensi dalam pribadi yang
nyata.kubu dua ini sering dinamakan pendiri boiphysic.
Merespon adanya pendapat adanya dua kubu yang saling berbeda satu
sama lain tersebut, Allport dituntut memihak salah satu kubu. Dalam hal ini ia
lebih cenderung memihak pendapat yang dikemukakan kubu kedua. Hal itu
dibuktikan oleh tindakan Allport dalam setiap kuliah yang disampaikan
kepribadian cara mahasiswanya. Ia mengutarakan bahwa traits merupakan seuatu
kenyataan berakhirnya dalam organisasi psikologis. Allport menuliskan bahwa
yang dinamakan sifat pada individu atau seseorang tidak hanya sekedar sebuah
eksistensi nominal saja, tetapi juha sesuatu yang benar-benar ada atau melekat
pada individu. Setiap sifat kepribadian yang mencerminkan keselarasan tingkah
laku individu yang bersangkutan.
b.
Perbedaan
sifat dengan kebiasaan sikap
Menurut Allport pengertian sifat dan sikap keduanya adalah khas
melekat pada individu dan fungsi keduanya sama-sama sebagai penyebab dimulainya
tingkah laku pada individu. Sifat dan sikap sama-sama berperan penting dalam
membimbing dan mendorong tingkah laku pada individu. Sifat dan sikap
sesungguhnya merupakan hasil dari factor genetis dan belajar yang dilakukan
individu yang bersangkutan. Selain mempunyai persamaan-persamaan, antara sifat
dan sikap memiliki perbedaan mendasar yaitu sikap (attitude) berhubungan dengan suatu objek atau sekelompok
objek. Ketentuan seperti ini tidak berlaku untuk sifat yang melekat pada
individu. Semakin besar jumlah objek yang dikenai oleh sikap, sikap tersebut
akan semakin mirip dengan sifat pada individu yang bersangkutan. Suatu sikap yang dimiliki individu yang satu
dengan individu lainnya dapat berbeda-beda. Hal itu disebabkan sikap adalah
khas pada individu, sementara sifat umum keberadaannya. Sikap ber[eran
memberikan penilaian yaitu menerima atau mnolak
terhadap objek yang dihadapi, sedangkan sifat tidak demikian.
c.
Sifat-sifat
Umum dan Sifat-sifat Individual
Menurut Allport ditengah-tengah kehidupan masyarakat luas mungkin
saja ditemui dua orang atau lebih memiliki kemiripan dalam struktur sifat yang
sesungguhnya berbeda satu sama lain, tetapi selalu saja ditemui corak yang khas
mengenai cara bekerjanya sifat-sifat pada setiap individu. Hal itulah yang
menyebabkan terdapatnya perbedaan sifat sama yang terdapat pada individu lain.
Dengan demikian, sifat bersifat khas terdapat pada individu tertentu. Allport
menambahkan penjelasannya bahwa adanya pengaruh-pengaruh sama dari masyarakat
yang terdapatnya kesamaan biologis yang berpengaruh pada perkembangan individu.
Allport berpendapat sifat-sifat umum sama sekali bukan sifat
individual yang sesungguhnya. Karena sifat-sifat umum hanyalah aspek-aspek yang
dapat diukur dari sifat individu yang
kompleks. Menurut Allport cara pandang seperti diuraikan di atas itu tidaklah
dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya untuk pemberian definisi sifat
kekhususan individu-individu. Ia menambahkan ketentuan itu hanya berlaku untuk
melihat segi kegunaan sifat-sifat yang melekat pada individu. Sementara itu,
Allport memberikan definisi atau pengertian tentang sifat pada individu sebagai
sifat individu. Allport mengemukakan alasan, yaitu sifat-sifat selalu
didapatkan atu senantiasa ada pada individu dan sifat-sifatt tersebut
berkembang yang muncul menjadi disposisi-disposisi dinamis dalam cara-cara yang
khas sesuai dengan pengalmn masing-masing individu yang bersangkutan.
d.
Perbedaan
Taraf Keumuman dari sifat
Menurut
Allport, taraf keumuman sifat pada Individu-individu dibedakan menjadi tiga hal
untuk lebih memudahkan dalam pemahaman. Ketiga hal tersebut, yaitu sifat pokok,
sifat sentral, dan sifat sekunder. Masing-masing memiliki cirri-ciri dan
peranan sendiri pada pembentukan tingkah laku individu.
Sifat
pokok (the insinent trait)
merupakan sifat yang paling menonjol pengaruhnya pada aktivitas individu, baik
aktivitas secara langsung maupun tidak langsung. Hanya saja difat pokok tidak
selalu terdapat dominan pada seseorang. Dinyatakan bahwa sifat pokok relative
kurang biasa pada setiap individu atau kurang menampak pada tiap individu.
Sifat pokok pada individu tidak disembunyikan, tetapi sebaliknya sifat ini
dapat muncul begitu terlihat pada indivu tertentu.. seseorang dapat dikenal
karena sifat pokoknya.
Sifat
sentral merupakan sifat yang melekat pada
individu-individu yang khas (karakteristik). Sifat sentral umumnya pada
individu terlihat pada adanya kecenderungan-kecenderungan individu untuk
memfungsikannya. Sifat sentral mudah dikenali pada individu-individu.
Sifat
sekunder merupakan sifat yang mempunyai
perannan yang berbeda, tidak seperti kedua
sifat yang telah disebut sebelumnya. Sifat sekunder memiliki peranan
atau fungsi yang terbatas, kurangt menentukan dalam pembentukan kepribadian individu.
Sifat sekunder lebih terpusat pada respons-respons dan perangsang –perangsang
yang cocok. Jika demikian, sifat sekunder akan tampak peranannya ada individu
yang bersangkutan.
e.
Sifat
ekspresif pada Individu
Sifat
ekspresif merupakan disposisi yang memengaruhi bentuk tingkah laku pada seseorang
(individu). Allport berpendapat perlunya suatu rangsangan tertentu untuk dapat
mengaktifkan suatu trait (sifat) agar traits dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Pernagsang yang dimaksud dapat berasal dari luar diri individu maupun dapat
berasal dari dalam. Pada umumnya, sifat yang melekat pada individu bukan
merupakan reflector dari perangsang-perangsang yang berasal dari luar diri individu. Individu
dapat mencari perangasang yang tepat agar dapat mengaktifkan sifat sehingga
berfungsi sebagaimana yang dikehendaki.
f.
Kebebasan
dan Konsistensi daripada sifat-sifat
Allport
menjelaskan bahwa sifat yang melekat pada individu sebenarnya dapat ditandai
kualitas memusatnya daripada sifat yang bersangkutan. Setiap sifat memiliki
pusat tertentu, fungsi sifat tersebut menjadi lebih nyata atau memiliki
pengaruh yang kuat pada kedudukan yang berada di sekitar pusat tersebut.
Allport menambahkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh sifat tersebut
terjadinya secara stimultan (serempak) dengan pengaruh sifat-sifat yang lain.
Dalam
kehidupan sehari-hari suatu sifat dapat dikenali pada individu oleh adanya
keteraturan atau ketetapan pada cara-cara individu bertingkah laku. Adapula
individu memperlihatkan tingkah laku yang tidak tetap dan hal itu disebabkan
terjadinya beberapa sifat yang saling menutupi secara aktif bersifat serentak.
Dnegan demikian, ketetapan (konsistensi) tingkah laku Individu tidak terlihat
tegas.
Allport
menjelaskan ketidaktepatan sifat-sifat yang dimiliki oleh individu-individu
disebabkan terdapat unsure-unsur yang tidak tepat juga. Ketidak tetapan tingkah
laku dapat mencerminkan keadaan batin individu tersebut yang diorganisasikan
secara khas dalam dirinya.
3.
Keinginan
Individu Untuk Masa Depan (Intensi)
Allport
telah melakukan penyelidikan psikologi pada individu-individu berkaitan dengan
intensi. Ia mendefinisikan pengertian intense sebagai keinginan individu
mengenai masa depannya. Secara lebih luas penggunaan istilah intense mengandung
pengertian harapan-harapan, keinginan-keinginan, ambisi, cita-cita, rencana
seseorang untuk menyongsong kehidupan masa depan. Menurut Allport, apa yang
akan dicoba untuk dilakukan seseorang merupakan kunci dan itu merupakan hal
terpenting bagi apa yang dikerjakan masa sekarang. Pendapat Allport yang
kemudian dikenal sebagai teori Allport seperti itu dinilai berbeda dengan
pendapat ahli psikologi lain, yaitu Adler dan Jung. Kedua ahli psikologi yang
disebutkan terakhir yang telah melakukan penyelidikan tentang pentingnya masa
lampau berkaitan dengan intense individu-individu.
4.
Proprium
dalam Pembentukan Kepribadian Individu
Allport
mengemukakan pendapatnya dalam penggunaan istilah self untuk menyatakan ego
sebaiknya diganti dengan istilah proprium (propriate function).Tujuannya
untuk menghindarkan dari kekaburan dan arti khusus mengenai istilah tersebut.
Propium
keberadaannya dalam diri individu tidak dibawa semenjak dilahirkan kepribadian
dunia, tetapi berkembang seiring dengan perkembangan individu dalam kehidupan.
Proprium ini dinilai sangat penting peranannya dalam pembentukan kepribadian
individu. Dengan demikian, proprium merupakan suatu yang vital bagi penentuan
kepribadian setiap individu. Itulah sebabnya Allport menganggap penting hal ini
dan tidak terlepas dari penyelidikan-penyelidikan psikologi seputar kepribadian
manusia yang penah dilakukannya.
5.
Prinsip
Autonomi Fungsional pada Individu
Prinsip
autonomi fungsional menyatakan bahwa aktivitas tertentu atau bentuk tingkah
laku tertentu dapat menjadi akhir atau tujuan sendiri walaupun dalam
kenyataannya mula-mula terjadi karena adanya alasan lain. Setiap tingkah laku
individu apapun bentuknya sederhana atau kompleks dapat terus berlangsung
dengan sendirinya tanpa adanya factor biologis yang memperkuatnya lagi.
Dicontohkan oleh allport seorang pemburu tetap akan berburu karena ia
menyukainya bukan karena terdorong oleh kebutuhan untuk makan atau yang
lainnya. Itulah yang dinyatakan oleh allport dengan istilah autonomi
fungsional.
Allport
mengemukakan alas an tentang konsepsinya dengan menunjukan bukti-bukti adanya
suatu kecenderungan pada organisme untuk tetap ada suatu respon walaupun alas
an yang menimbulkan respon tidak ada. Menurut alport, perbuatan-perbuatan yang
dilakukan dan terjadinya secara terus menerus dengan tanpa henti itu dinamakan
reflex sirkuler yang merupakan contoh dari functional autonomy.
Tanggapan
allport terhadap datangnya kritikan berupa pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan oleh bertocci ialah dengan cara menjelaskan dan memperluas
teorinya. Penjelasan atau perluasan teori allport mencakup suatu bentuk “ego
psychology”. Allport mengemukakan contoh autonomi fungsional yang secara garis
besar meliputi dua pola. yaitu pertama, perseverantive behavior, baik berasal
daei hewan maupun dari diri manusia. Bentuk
ini disebut opportunistic yang terdapat pada semua kepribadian, tetapi tidak
begitu terikat pada proprium. Pola propriate memberikan tenaga mengatur dalam
kepribadian sehingga individu tidak terpecah belah menjadi dorongan-dorongan
yang tidak berhubungan satu sama lain seperti dinyatakan bertocci. Kedua,
adanya tenaga pendorong pada individu-individu sehingga pada setiap individu
timbul minat dengan didukung oleh adanya pengalaman, nilai-nilai, dan seluruh
gaya hidup pada individu yang bersangkutan.
Dorongan-dorongan
yang khas pada individual terbentuk sebagai akibat adanya proses deferensiasi
dalam belajar yang berpangaruh pada temperamen dan bakat kearah perkembangan
yang sifatnya divergen. Setiap individu meskipun satu spesies masing masing
memiliki kepribadian yang khas. Adanya pengaruh dari kebudayaan dan proses
belajar memungkinkan kemiripan-kemiripan kepribadian antar individu meskipun
kemiripan yang terjadi pada batas-batas tertentu. Dengan pernyataan lain,
kebudayaan dan proses belajar berpengaruh terhadap perubahan kepribadian
individu-individu meskipun pengaruh tersebut tidak mampu membentuk
individu-individu memiliki kepribadian yang sama persis, tetapi hanya sebatas
kemiripan.
6.
Mekanisme
Perkembangan Keperibadian Individu Menurut Allport
Jika
ditilik dari teori autonomi fungsional yang dikemukakan oleh allport, setiap
individu dapat dipastikan mengalami perubahan-perubahan penting dalam hidupnya.
Perkembangan tersebut meliputi pula perkembangan kepribadiannya. Perkembangan
kepribadian yang penting diketahui, yaitu terjadinya saat masih kanak-kanak.
Allport berpendapat setiap individu mula-mula dalam keadaan neonatus, yaitu
semata-mata sebagai makhluk yang dilengkapi dengan keturunan-keturunan,
dorongan-dorongan/nafsu-nafsu, dan refleks-refleks. Neonatus juga telah
memiliki refleks-refleks tertentu seperti menghisap dan menelan. Selain itu,
neonatus juga mampu melakukan gerakan-gerakan yang sifatnya belum terdeferensiasi,
yaitu semua otot turut digerakkannya. Pada individu yang masih berusia
anak-anak memiliki semacam aktivitas umum.
Dinyatakan
bahwa pada anak-anak dalam menuju ke dewasa mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang oleh allport terjadinya dinyatakan mengalami proses
deferensiasi dan integrasi. Proses demikian itu terjadi secara
berangsur-angsur. Perkembangan pada anak-anak dapat dilihat dari adanya
ekspresi-ekspresi emosional dengan kecenderungan untuk menyesuaikan dengan
dirinya dengan masa-masa ke depan. Dengan demikian, jika diamati secara kritis,
tingkah laku anak-anak merupakan perintis bagi pola-pola kepribadian
selanjutnya. Allport mencatat tingkah laku anak tersebut menunjukan sifat-sifat
kekhasan tersendiri.
Allport
menjelaskan perkembangan manusia terjaid pada individu-individu karena
kedudukannya sebagai suatu organisme yang ketika lahir adalah makhluk biologis,
kemudian berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang,
struktur-struktur sifatnya meluas dan hal ini merupakaninti dari tujuan-tujuan
dan aspirasi-aspirasi masa depan. Peranan yang sangat menentukan dala suskse
atau tidaknya proses perkembangan itu adalah autonomi fungsional. Mengapa
disebut demikian? Menurut allport hal itu disebabkan segala apa yang semula
sebagai alat untuk mencapai tujuan biologis akan dapat menjadi suatu motif
autonomy yang mendorong dan memberikan arah pada tingkah laku.
Jika
teori perkembangan yang dikemukakan oleh allport tersebut dikritisi secara
mendalam, tampak dua teori kepribadian individu, yaitu pertama, teori
kepribadian yang cocok diterapkan bagi anak yang baru lahir. Untuk hal ini
teori kepribadian didasarkan pada bidang biologi. Kedua, diterapkan pada
individu menuju masa dewasa.
C.
Persamaan maupun Perbedaan
Raymond Cattell, Henry Murray, dan Gordon Allport
semuanya menekankan pada struktur kepribadian. Bagaimana persamaan dan
perbedaan penekanan yang dapat dilihat dari teori kepribadian mereka
masing-masing?
I.
Persamaan
Teori Kepribadain Henrry Murray dan Gordon Allport
a.
Kepribadian
Indivdiu akan berkembang sesuai dengan usia individu. Perkembangan
Kepribadian diklasifikasi dimulai sejak
individu berumur 0 tahun sampai dengan
usia yang ditentukan. Teori Raymond
Cattel batas usia sampai dengan diatas 65
tahun, Gordon Allport 12 tahun.
Henrry Murray tidak mengklasifikasi Kepribadian.
b.
Lingkungan
mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian seseorang.
c.
Raymond
Cattel dan Henrry Murray memasukan masa lalu / life record seseorang dalam
berperilaku.
d.
Kepribadian
dibentuk dengan proses pembelajaran.
II.
Perbedaan
Raymond
Cattel
|
Gordon
Allport
|
Henry
A Murray
|
a.
Tingkahlaku
indvidu dapat disesuaikan dalam situasi yang berbeda – beda, tanpa mengubah
trait yang sudah ada. Perkembangan yang baik adalah apabila individu dapat mengkombinasikan
antara ideal self (yang diingikan) & Real self (pertimbangan
rasional) menjadi struktural self
sehingga menjadi individu berpendirian dan bertingkahlaku realistis.
b.
Tingkahlaku
indvidu dapat disesuaikan dalam situasi yang berbeda – beda, tanpa mengubah
trait yang sudah ada. Perkembangan yang baik adalah apabila individu dapat
mengkombinasikan antara ideal self (yang diingikan) & Real self
(pertimbangan rasional) menjadi
struktural self sehingga menjadi individu berpendirian dan bertingkahlaku
realistis.
|
a.
Masa lalu
tidaklah penting dalam perkembangan kepribadian individu. Individu yang berkembang adalah individu
yang proaktif, berorientasi pada masa depan dan psikologinya. Rasionalisasi
adalah Mekanisme pertahanan diri.
b.
Struktur dan
dinamika umumnya adalah satu dan sama sifatnya. Lebih lanjut dalam
menjelaskan tingkah laku pada individu , Allport menggunakan beberapa istilah
yang dianggapnya berperan penting dalam hal ini, seperti refleks bersyarat
(conditioned reflex), kebiiasaan (habit), sikap (attitude), sifat (trait),
diri (self), dan kepribadian (personality).
c.
salah
satu yang paling memotivasi manusia adalah kecenderungan unutk memenuhi
kebutuhan – kebutuhan biologisnya. Kecenderungan ini disebut dengan
pemfungsian oportunitik. Oportunitik bersifat reaktif, berorientasi masal
lalu dan biologis.
|
a. Perilaku individu adalah hasil kombinasi
dari tuntutan internal
( ketidaksadaran) hasil dari pengalaman masa lalu dan kombinasi ekternal
atau tuntutan lingkungan sebagai motivasi untuk pemenuhan diri. Herry
Murray menggunakan Gambar untuk dapat
memproyeksikan isi kepribadian individu dalam cerita –ceritanya.
b.
abstraksi
yang dirumuskan oleh ahli teorinya, dan bukan merupakan gambaran mengenai
tingkah laku individu belaka.
c.
dikenal
dengan teori persoalogis( personalogical system). Hakikat Individu yang terintegrasi dan
dinamis sebagi suatu organisme yang kompleks yang berespons terhadap
lingkungan. Murray menekankan pentingnya kebutuhan dan motivasi yang dapat
berpengaruh pada individu.
|
[1] Ki Fudyartanta, Psikologi
Kepribadian(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 397
[2]
Dr. A. Supratilnya, Teori-teori Psikodinamik( Yogyakarta : PENERBIT
KANISIUS, 1993) hlm. 27
[3] Ki
Fudyartanta, Psikologi Kepribadian(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012)
hlm. 399
[4]
ibid
[5]
Alwisol, Psikologi Kepribadian(Malang: UMM Press, 2009) hlm.184
Langganan:
Postingan (Atom)
Tahap Memperoleh Pemahaman Diri Menurut Teori Trait and Factor
Pada tahap ini dideskripsikan minimal lima jenis tes yang sering digunakan oleh konselor dalam konseling karir trait and factor, yai...
-
A. PELAKSANAAN Agar pelaksanaan Bimbingan dan Konseling berjalan baik maka Koordinator Bimbingan dan Konseling dan Guru Pembimbi...
-
kejujuran hati sebenarnya kecewa jika melihat semua nan nampak dipelupuk mata kala awan membuka keluh kesah di sana tapi apalah daya...